12925 Views |  15

Rambut Panjang Mama

Age when it happend: 18
Where it happened: Salon kecantikan di rumahku
Langauge: Malaysia
Sex: Male
Rating: 4
Category: Straight

Rambut Panjang Mamaku 01

Mamaku adalah single parent, usianya pertengahan 40-an, ke-tika peristiwa ini terjadi. Sebagai anak tunggal, aku sa-ngat akrab dengan Mamaku, bahkan tidurpun sering bersama, sampai aku masuk pergurunan tinggi di kotaku. Mamaku memang idolaku untuk perempuan yang ideal. Terpelajar, modis (Mama-ku punya salon kecantikan dan merias pengantin), dan can-tik. Bagaimana aku mengagumi Mamaku, kapan, aku tidak ingat lagi karena bayangan wangi parfumnya, senyumnya, perhatian-nya, semuanya begitu saja tertanam dalam ingatanku. Sebagai pemilik salon kecantikan dan sekaligus perias pengantin, Ma-maku sangat menjaga penampilannya. Yang paling Mama rawat, selain tubuhnya, adalah rambutnya yang tergerai panjang, ti-dak terlalu lemas dan lurus. Rambutnya memerlukan waktu khu-sus untuk merawat, bahkan sering minta batuanku untuk menge-ringkannya. Mama juga punya beberapa asisten pembantu yang bekerja di salonnya, yang sering juga membantu mengurus ram-but Mama. Pada usiaku yang semakin dewasa, dengan rangsang-an hormon seksualku, tanpa aku sadari, aku menjadi terang-sang mana kala Mamaku minta agar rambutnya dikeringkan dan disisiri. Mama terpaksa minta bantuan, karena rambutnya me-mang rambutnya lebat, harum menggapai lututnya. Yang lebih mentakjubkan lagi : rambutnya hampir sama lebat-nya sampai keujungnya. Setiap kali aku memegang rambut Mamaku, dadaku berdesir dan tanganku berkeringat, lututku lemas, dirambati rangsangan geraian lebatnya rambut Mama, walaupun aku sadar betul perempuan ini adalah Mamaku.

Akhirnya,pada suatu sore, sehabis Mama bertugas beberapa ha-ri merias pengantin, terjadilah peristiwa yang mejadi pe-ngantar mengubah hubunganku dengan Mama. Mama waktu itu se-perti biasanya, hanya memakai kain kemben setengah dada, ke-luar dari kamar mandi. Rambutnya digelung dengan handuk, un-tuk membantu cepat keringnya. Mama memanggilku dan minta un-tuk membantu mengeringkan rambutnya. Saat itu aku sedang di kamar, browsing site Momson Story. Saat itu penisku sedang menegang, membaca bagaimana seorang ibu dengan segala perha-tiannya, mau mengerti keinginan anak lelakinya. Bagaimana seorang ibu mengelus-elus penis anaknya yang beranjak dewa-sa, sehingga menegang tegak. Suara panggilan Mamaku terde-ngar di tengah badanku yang panas menegang rangsangan aki-bat membaca kisah ini. Dengan hanya memakai celana pendek dan kaus, aku melangkah keluar kamar.

Di ruang tengah, seperti biasanya Mama duduk menghadap cer-min salon yang lebar, sambil mengusap rambutnya dengan han-duk. Aku disuruhnya menancapkan hair dryer ke kabel lis-trik, untuk mengeringkan. Karena rumah kami sekaligus salon kecantikan, alat-alat itu sudah tersedia semua. Sore itu ke-betulan rumah sepi, karena para pegawai sudah pulang, sete-lah beberapa hari bertugas di pesta perkawinan seorang anak pejabat. Alunan gending terdengan pelan, memenuhi ruang-an, sambil aku berdiri di belakang kursi tempat Mama duduk. Bu-nyi hair dryer mendengung, sambil tanganku menggeraikan rambut Mama. Sesaat kemudian kepala Mama menyandar di kursi salon, dan matanya mulai terpejam, merasakan nikmatnya ta-rikan lembut jemari tanganku di kulit kepalanya. Aku mam-pu melakukannya dengan baik, karena belajar dari lingkunganku, salon yang Mamaku kelola.

Bebarapa saat kemudian, rambut Mama yang panjang dan tebal itu, mulai kering, dan memancarkan bau harum shampoo mahal, kesukaan Mama. Bau itu sedemikian membangkitkan keberanian-ku, sehingga pelan-pelan rambut Mama yang aku pegang, aku dekatkan ke mukaku, lalu aku ciumi dengan penuh nafsu. En-tah dari mana keberanian nafsu itu datang, tiba-tiba membuat hangat aliran darahku dan menegangkan batangku. Obsesi birahi anak terhadap ibunya, merasuki dadaku, menyesakkan, dan menggerakkan tangan kananku, meraba batangku yang mengeras. Sambil tetap menciumi rambut Mamaku, aku pelan-pelan mengocok batangku yang ternyata sudah ngaceng berat. Semakin lama, kakiku semakin melebar berdiri dibelakang kursi Mama. Aku semakin mendekat, dan semakin sulit menyembunyikan birahiku terhadap rangsangan lebatnya rambut Mama. Akhirnya, aku memelorotkan celanaku dan meraih geraian rambut Mama untuk mengocok penisku. Rambut panjang Mama, membungkus penisku dan terasa nimat sekali sewaktu kukocok terus. Aliran spermaku terasa menuju kepala penisku, aku mendengus, nafasku berat, dan aku tidak tahan lagi untuk memeluk Mama dari belakang. Sambil memanggil lirih Mama berulang-ulang, aku memeluk tubuhnya, menciumi telinganya, menjilati lehernya, kukocok semakin cepat batngku dalam geraian keharuman rambutnya. Mama terbangun kaget, dan bertanya aku kenapa? Tapi aku tetap memeluk Mama dan kakiku menegang menahan gelegak birahiku. “Kenapa kamu To? Kenapa, sakit ?”, kata mama sambil memegang tanganku yang memeluk tubuhnya ? Wajahnya yang ayu, keibuan, bibirnya yang sedikit tebal, terbayang di cermin di depanku. Aku hanya mampu bilang “Mah,…ahh..ahh..maafkan Toto Mah, sudah kurang ajar, ahh..ahhh…”. Kemudian Mama berdiri, dan memutar tubuhnya, melihat ke belakang kursi, mau tahu apa yang terjadi. Aku sudah kepalang basah, rambut Mama masih aku genggam membungkus batangku, sementara tangan kiriku meraih tubuh Mama untuk kupeluk. Mama kaget dan merangkul aku karena tubuhnya tertarik ke pelukanku. “Mah, aku ga tahan Mah, maafkan Totohh, ahhh….”, sambil kupeluk Mama yang agak lebih pendek dari aku, spermaku menyemprot deras dalam busaian rambutnya yang aku genggam. Mama hanya diam, memelukku, matanya berair, menangis, kepalanya menyandar di dadaku. “Kenapa bisa,…kenapa bisa,…kenapa To ?”, Mama menangis dengan perasaan berkecamuk. Mungkin malu, marah, jengkel, tapi mungkin juga mau mengerti akan penyebab kejadian itu.

Beberapa lama kami berdiam diri sambil berpelukan, aku dan Mama menangis. Aku sangat menyesal atas kejadian yang baru saja kami alami. Rambut Mama yang masih kugenggam, tergerai dibelakang punggungnya, karena sekarang kedua tanganku memeluk Mamaku. Bau sperma yang khas, menyengat dari punggung Mamaku, sperma dari anaknya sendiri, yang terbakar birahi kepada dirinya. “Aku ga tahan Ma, aku ga tahan…Maaf Mah, maaf…”. Akhirnya Mama mengangkat wajahnya yang sembab dengan air mata, mengelus wajahku, dan berkata “Mama ngerti To, kamu sudah dewasa. Mama yang salah, Mama yang kurang peduli. Padahal Mama tahu, setiap kali masuk kamarmu, Mama melihat koleksi fotomu di komputer yang kamu lupa matikan. Mama menyadari bahwa kamu menaruh birahi terhadap ibumu sendiri. Itu terlarang To, itu terlarang…Ga boleh ya To. Mama kan yang melahirkan kamu, membesarkan kamu, menyusui kamu. Libidomu sangat besar To, karena kamu sekarang sudah dewasa”. Sambil membetulkan kainnya, Mama berjalan menjauhiku, dan melanjutkan bicaranya “Coba, lihat, akibat kelakuanmu, rambut Mama yang baru saja kering, sudah basah lagi dengan spermamu”. Tapi nada suara Mama tetap pelan, sabar. Kulihat Mama memegang rambutnya yang terkena semprotan spermaku. Mama mengelus-elusnya, mengelap spermaku dengan rambutnya, dan tiba-tiba, yang mengejutkanku, Mama mengusapkan sperma tadi ke wajahnya, bahkan dengan kedua telapak tangannya, seperti lagi memoles kulit wajahnya dengan cream kecantik-an . “Kenapa bisa begini, kenapa ? Aaahh,…To, anakku, sayangku…”, Mama menggumam lirih dengan tetap meraupi wajahnya dengan telapak tangannya yang berlepotan spermaku, sambil melangkah duduk di kursi lagi. Tiba-tiba Mama memandangku, yang masih berdiri di sampingnya. Mama berdiri lagi, aku melihat matanya sayu, sembab, mulutnya setengah terbuka, sambil tetap menggumam “Kenapa bisa begini To ? Kenapa? Kamu kok tega sama Mama….”. Mama mendekat ke tempatku berdiri, tiba=tiba tangannya merangkul leherku, dan mulutnya mencium mulutku dengan bernafsu. sambil membau lelehan spermaku sendiri, aku membalas melumat bibirnya. “Mama mau, To…Mama mau, kamu kurang ajar To,ooh..kamu kurang ajar. Mama mau, ehm..ehm..ehm..Mama pengin kamu To, oohhh, Mama pengin To…”, Mamaku sambil menciumku, menggumam tidak jelas, berulang-ulang. Aku selanjutnya mengambil inisiatif, membopong Mama, aku bawa ke dalam kamar tidur Mama yang luas, di samping ruang tengah. Diiringi gending yang terus mengalun sendu, aku bawa Mamaku mengarungi kenikmatan….

(bersambung)

Processing your request, Please wait....
  • 0 - very bad experience 10 - very great experience