1153 Views |  Like

heru

Age when it happend: 34
Where it happened: Indonesia
Langauge: Indonesia
Sex: Male
Rating: 5
Category: Straight

Uang pesangonku pada sebuah perusahaan taiwan cukup untuk membuat kos-kosan, apalagi di Yogya yang sangat banyak pelajar dari luar kota yang membutuhkan tempat tinggal sementara untuk menyelesaikan studinya.
Prinsipnya adalah membuat anak-anak senyaman mungkin, jauh dari kebnisingan dan gangguan.
Untuk itu itu kos-kosan yang aku kelola khusus untuk mahasiwi saja, maksudku semula adalah agar mereka tidak susah diatur, Kamar-kamarnya kamu buat tersembunyi di dalam halaman rumah.
Rupanya usahaku ini tidak saja membawa berkah secara finansial tetapi membawa keberuntungan yang lebih dari yang kubayangkan.
Suatu pagi aku keliling kekamar-kamar untuk mengecek, karena kadang-kadang mereka suka lupa mengunci kamarnya masing-masing.
Disdalah satu kunci kulihat ada yang agak terbuka pintunya, wah lupa ngunci pintu rupanya. Aku dekati kamar itu sepi dan gelap di dalamnya, begitu aku lihat didalamnya aku lihat veni lagi rebahan di tempt tidur.
Ia agak kaget, tetapi aku hangatkan suasana dengan menegronya : “Kirain lupa ngunci pintu, koq nggak kuliah ven” enggak mas “ lagi nggak enak badan”
Memang penghuni kos disini memanggilku mas, walaupun statusku tidak lagi bujangan.
“Oh, sudah minum obat, atau kedokter”
“Nggak, mas, nggak papa kok”
“Bener…., apa mau dipijitin..” tawaranku hanya basa-basi saja yang tanpa kunyana ditanggapi serius oeleh veni” Bener mas bisa mijitin…?” “ Oh tentu saja..”

“Kalau gitu boleh juga Mas”
“sebenta aku ambil baby lotion dulu ya”
“Nggak usah mas pakai ini saja” lalu ia menyodorkan baby lotion padaku sambil tengkurap siap untuk dipijad.
Tanpa aku perintahkan tiba-tiab ia melepas t shirtnya.
Aku mulai mengole pekerjaan yang sebearnya tidak mahir benar. Mulanya aku oleskan dulu baby oil ke pundaknya dan ke punggungnya. Di punggung aku masih terganggu oleh tali bhnya, namun aku biarkan saja. Karena ini adalah wewenang veni untuk melepasnya. Aku urut-pelan-pelan, kulitnya yang mulus sangat sayang bagiku untuk memijatnya terlalu keras. Klasifikasinya adlah lebih dri sekedar mengelus saja.
Nampaknya hal ini membuat veni menikmatinya, “iya mas enakan, mas, ini ngganggu ya aku leas saja ya” akhirnya wewenang melepas bah itu tiba juga yang aku tidak sempat untuk menjawabnya. Kini tanganku leluasa menelus pundak punggung sampai ke pinggang dengan berulang-ulang, kadang-kadanaku iseng menguru kesamoing tubuhnya menuju ke arah payu daranya, dia diam saja, bahkan ketidka tanganku semakin dekat ke bagian tubuh yang sangat lembut itu ia diam saja, Dengan keberanianku akhirnya aku beranikan diri mengurut bagian samping payudaranya, dan ia pun diam saja, dan nampanya mulai mendesah nafasnya. Namun tetap diam saja. Aku dengan leluasa sekarang mengelus dsambil memijit bagian punggung samai ke pinggangnya, sekai-kali menyentuh payu dara bagian sampingnya, Aku pelorotkan celana pendeknya makin ke bawah, agar tanganku sampai d bagian bawah pinggngnya. Dan veni tanpa bersuara justru engangkat bokongnya agar aku leluasa mencopot celana pendeknya, “Aku copot saja celanamu ya ven” ia haya menganggu tanda setuju.
Ketika aku dengan melepas celana pendeknya semakin aku sadari bahwa veniemounya tubuh yang semurnya, tubuhnya mulus, pandatnya padat dan bulat, payudaranya juga proporsional, meskipun aku baru tahu dari samoing saja karean sebagian payudaranya terindik oleh tubuhnya.
Aku ters melakukan pekerjaanku menelus elus pinggangnya pantanya dan terus ke kaki semampainya. Aku mulai mempraktekkan ilmuku menaklukkan wanita. Perama aku elus ujung kaki-nya terus naik sampai ke paha bagian dalam. Bagian ini aku elus-elus gak lama sampai ia, mengangkangkan kakinya agar akui lebih leluasa bergerilnya. Sekali-kai aku sentuk pangkal pahanya dan ketika ketiga kalinya ia dian saja, maka aku beranikan diri untuk secara khusus mengelus bagian kewanitaannya.

Dan untuk beberapa lama aku lakukan pekerjaan yang sangat menyenangkan ini, sampai ia mengeluarkan lenguhan, aku lepas celana dalamnya. Dan ia justru membantunya, ketika semuanya sduah terlepas, aku lepas juga pakaianku, dan kuciumi dia dan namoaknya ia cukup menanggai dengan penhnafsu, aku imbangi permintaan saja saling bergumul kuciumi bibirnya, kuremas payudaranya dan aku kobel tempiknya. Nampaknya ia semaki tidak kareuan menanggapi seranganku, aku beralih ke pitingnya kukecup payu daranya dan sami aku tusuk-tusuk kemaluannya yang sudah basah itu untk beberapa lama kemudian aku turun ke bawah, dan kuciumi perutnya, sampai ke bawah lagi dan akhirnya sampailah pada sesuatu yang aku tuju yaitu liang vaginanya, di gerak-gerakkannya pinggulnya seolah tidak sabar untun lebih dalam lagi disentuh, setelah aku jilatin biji vaginanya kemudian ia melenguh dan kulihat menggeleng-gelengkan kepalanya ke kanan dan kekiri. Tidak berapa lama kemudian surr…., keluar lah air kenikmatian itu mengalir deras keluar dari vaginanya, mengejang dijeptinya kepalaku, kulihat tempiknya mengeluarkan cairan banyak sekali. Secara reflek aku usap-usap tempiknya itu agar keluar semua air lendirnya. Setelah beberapa detik kemudian ia berhenti dan mengendurkan jepitan pahanya. Aku juga puas menyaksikan ini, api puas bis amemuaskan veni, kuliha sekali lagi vaginanya yang masih merah itu dan lendirnya yang keluar dari vaginanya yang sempit itu msih menetes.
Ku lap mulutku yang basah ernakan semprotan pejunya, dan kucium veni.
“aduh mas, aku puas banget” dan tangannya meraih kontolku “ini kok masih ngaceng, dimasukin aja mas”
Pelan-pelan dia mengarahkan kontolku menuju vaginanya, blus begitu licinnya tempiknya setelah menegluarkan banyak cairan. Untu beberapa saat aku diamkan disana, beberap akedutan masih kurasakan disana.
Veni memelukkau dengan mesra sambil menciumku dengan lembut. Pelanpea aku gerakkan maju mundur, kurasakan sensasi yang kuar bisa dinding yang semopit itu nampak sangat licin sen=hingga memudahkan bagiku untuk mengocok tempiknya dengan irama agak cepat, “pela aja mas” dengan teratur aku ikuti irama yang ia kehendaki, smabil meraskan pijitan pijitan kontolku dengan tmpiknya. Tinf=ding yang licin itu semakin mengembangkan ototo-ototku dan membesarkanpempuluh dalam kotolku hingga mendesak semakin kuat ke dinding vaginyanya, hingga kembali vani mulai menggeleng-gelengkan kepalanya dan sambil menahan c=jeritan-jeritan. Yang pada akhirnya diakhiri dengan teriakan tertahan, karena aku ciumi mulutnya agart idak terlepas jeritnnya yang akan terdengar yu pon yang sedang bekerja di dapur.
“Aku nyampee…” begitu jeritan yang tertahan itu. Untuk bberapa saat tetap aku kocok kontolkan agar dia pusa dengan sempurnbna sampai akhirnya berhenti mengejang dan mengendurkan pada n dan pelukannya.
Aku tergelatek disamping dengan kontol yang masih engacung.
“Adu mas, aku nyampek .. enak banget mas” dan ia meraih kontol ku : mas belum keluar ya?
“nggak papa ven, yang penting veni puas”
Aku sebearnya ingin menuntaskan gunung yang mau meletus ini, tetapi aku berlagak gentle saja, dan aku berharap veni meras berhutang dalam masalah ini. Karena waktunya sudah siang, khawatir anak-anak kos pulang akupun berpamitan. Tubuh telanjang yang terlendang itu aku tinggal dan sebelumnya aku lap dulu tempiknya. Basah sekali..
Dan benar saja disuatu hari kembali veni sengaja tidak kuliah sementara teman lainnya pada kuliah.
“Mas, aku meras hutang nih sama mas”
“Hutang apa”
“yang kemarin itu”
Aku hampiri veni, aku tahu maksudnya, kupeluk ia kali ini dengan penuh kebapakan, namun ujung-ujungnya kuremas juga toketnya dan ia remas pula kontolku yan gbeluk ngaceng, diremas-remas hingga akhirnya ……………………

Processing your request, Please wait....
  • 0 - very bad experience 10 - very great experience