Where it happened: Tangerang
Langauge: Indonesia
Sex: Male
Rating: 5
Category: Straight
Terimakasih Watik
Aku menempatkan seorang pembantu “Watik” namanya di apartemen yang aku beli secara diam-diam. Apartemen ini hanya memiliki 2 kamar dan digunakan apabila ingin istirahat tanpa diganggu. Semula Watik bekerja sebagai pembantu di rumahku. Dia minta keluar setelah bekerja selama 1,5 tahun karena tidak tahan pada kecerewetan istriku. Diam-diam aku meminta Watik bekerja menunggu dan merawat apartemenku. Watik setuju dan pekerjaan menunggu apartemenku telah berjalan selama 7 bulan. Hubunganku dengan Watik sangat istimewa, karena di apartemen itu aku mempunyai boneka sex yang bisa aku senggamai. Salah satu tugas Watik adalah membersihkan dan merawat boneka Vivin (nama boneka itu) dan dia juga tahu kegunaan boneka itu. Aku tahu Watik suka mengintip manakala aku sedang menikmati DVD porno sebelum senggama. Begitu juga pada saat aku senggama dengan boneka, Watik bisa mengintip melalui celah pintu kamar yang berupa jeruji bilahan kayu. Pernah suatu kali aku tidak berhasil mencapai puncak kepuasan karena boneka itu kehabisan baterai. Akibatnya vagina boneka tidak bisa bermain sebagaimana biasanya. Untuk menyelesaikan senggama yang tanggung, aku minta tolong pada Watik agar mengocok penisku di kamar mandi sampai keluar. Ternyata Watik tidak keberatan.
Sebagai pengusaha wiraswasta, waktuku bisa diatur sesukaku, kalau bosan di kantor, aku mampir istirahat di apartemen. Pagi itu aku masuk kantor hanya sebentar, kemudian menuju ke apartemen. Aku mempunyai anak kunci sendiri, sehingga tidak perlu menunggu dibukakan Watik. Ketika aku datang, ternyata Watik sedang mandi dan TV masih hidup memutar film porno yang biasa aku putar sebelum bermain dengan boneka. Watik buru-buru keluar dari kamar mandi hanya dengan dililit handuk dan dengan malu-malu dia meminta ijin mematikan TV. Kemudian Watik aku tarik duduk disebelahku. Aku tawari dia “Wat… apakah kamu ingin boneka laki-laki? Ntar aku belikan… apakah orang hitam atau bule” Aku mengira Watik juga membutuhkan boneka laki-laki seperti halnya aku membutuhkan boneka perempuan. Ternyata tidak “Ah…enggaklah pak…. kan main begitu dosa…….seharusnya kan sama-sama dengan manusia”. “Wah kalau begitu selama ini aku juga dosa….. harusnya bagaimana Wat…. “. Watik kemudian menjelaskan “…..seharusnya Bapak main dengan Ibu saja, bukan dengan Vivin……”. “Tapi Wat, alatku nggak bisa bangun…. entah kenapa seperti itu, setiap kali main sama ibu alatku lumpuh. Lama-lama aku tidak pede karena kalau tidak berhasil, Ibu selalu ngomel panjang lebar”. Watik diam dan dengan suara berbisik mengatakan “Pak…. Watik kasihan sama Bapak, sampai-sampai Bapak harus mencari pengganti ibu dengan boneka…Kalau begitu bapak harus sabar….dan… belajar meninggalkan Vivin beralih ke perempuan yang sesungguhnya”. “Sudahlah Wat, lupakan saja masalah Ibu…. yuk kita nonton film lagi. Apakah Vivin juga sudah siap kalau aku mau pakai?. “sudah….pak…..”.
Watik duduk disebelahku sambil menyandarkan kepala dipundaku. Meskipun Watik masih muda, sintal, berkulit bersih, padat berisi, nafsu sexku tidak pernah muncul. Aku lebih tertarik pada boneka Vivin. Film itu aku putar ulang dan diawali dengan cerita romantis yang semakin lama-semakin panas. Watik semakin gelisah dengan adegan semakin syur…. Tangan Watik meraba dan membuka kancing celanaku. Barangku yang masih tidur dikeluarkan dari celana dalam. Watik meminta aku melepas seluruh pakaian dengan alasan biar aku siap main dengan boneka Vivin. Kemudian tangan Watik yang lembut mulai menelusuri pangkal penis serta buah zakar dengan elusan ke arah ujungnya. “Pak… bayangin saja Watik sebagai boneka Vivin…”. Elusan tangan lembut Watik membuat penisku mulai berdiri. Kemudian Watik jongkok di hadapanku dan lidah Watik menyapu ujung penis serta mulai mengenyot. Penisku akhirnya beridir sempurna. Watik membisikkan di telingaku “boneka Vivinya aku saja pak……”. Tangannya mengolesi penisku dengan cairan pelumas Vivin. Kemudian Watik melempar handuknya dan tidur terlentang di tempat tidur sebelah boneka Vivin. Aku mendekati Watik dan membayangkan vagina Watik adalah vagina Vivin yang bisa meremas, menyedot dan berdenyut berkat alat mekanis didalamnya. Perlahan-lahan aku memasukkan penisku ke vagina Watik. Bles….. dan Watik menjerit tertahan. “Pak…nik…maatttt…” Bisikan Watik menumbuhkan semangatku. Telah lama aku tidak merasakan vagina perempuan, kali ini aku benar-benar merasakan. Pantat Watik bergerak, bergoyang dan berputar. Aku seolah menikmati rasa Vivin. Biasanya aku menyetel kontraksi vagina Vivin dari tombol yang ada di tengkuk boneka secara bergantian sesuai keinginanku secara bergantian yaitu program gerakan vagina beraturan, mengurut tanpa aturann atau menghisap. Tapi sekarang yang aku rasakan adalah rasa vagina sesungguhnya disertai singgungan kulitku dengan kulit Watik yang hangat dan halus tidak seperti kulit Vivi yang dingin dan kenyal dari karet. Badanku yang menindih tubuh Watik dan tekanan buah dadanya dalam dadaku yang berbulu telah memberikan sensasi kenikmatan tersendiri. Aku merasa menjadi laki-laki sejati dan penisku seolah bertambah panjang, kuat dan keras. Gerakanku menjadi liar, seliar ketika aku menyutubuhi Vivi, memompa kesegala arah. Tonjolan pada lekukan penisku menemukan benjolan kecil dalam vagina Watik yang ikut bergerak kesana kemari mengikuti gerakan penisku, memberikan kenikmatan berbeda. Tiba-tiba Watik menegang, suara rintihan berubah menjadi jeritan lepas, tangannya menekan bahuku dan pinggulnya terangkat seolah menginginkan penisku masuk sampai pangkal. Erangan Watik diselingi rintihan….. “Aaaauuuuuuhhhhhhh………. sssttttttttt………………….aakk…uuu…. teruuusss……..te…rrr…rrr….uu..uu..sssssssssttttt….. ter…rr..rrr………uuuussss”.
Semangatku berkobar ingin segera memuntahkan cairan maniku. Suara Watik yang menjerit-jerit nikmat menjadikan aku bergerak semakin cepat. Aku bertumpu pada kedua lutut dan kedua telapak tanganku mencengkeram kedua buah dadanya. Tangan Watik memegangi bahuku dan kakinya mengkangkang memberikan ruang gerak. Ketika mataku melirik ke arah TV, disana terlihat adegan bagian akhir, saat itu penis laki-lakinya dicabut dan cairan putih menumpahi dada perempuan. Pada saat yang sama penisku juga semakin mendesak siap menyemprotkan cairan kenikmatan, aku kepingin seperti di TV menyemprotkan penisku dan menyemprotkan di luar. Tapi pada saat itu kedua tangan Watik meraih pantatku dan menekan kuat-kuat. Watik merintih dan menjerit dan penisku tiba-tiba menyemprot cairan dengan denyutan berkali-kali serta panjang.
Aku terkulai lemas di atas tubuh Watik. Beberapa kali pipi Watik aku ciumi sambil mengucapkan terimaksih, “Wat…. terimakasih….. aku menjadi laki-laki sesungguhnya”. Aku biarkan penisku masih ada dalam vagina Watik. Sampai akhirnya ketika seluruh otot-ototku mulai mengendur maka aku cabut. Aku tiduran disamping Watik yang matanya terpejam menikmati masa-masa pelepasan. Aku elus buah dadanya, badannya dan aku cium vaginanya. Aku menyadari bergitu beda rasanya dengan Vivin yang terbuat dari karet.
Selesai.
Processing your request, Please wait....