1088 Views |  Like

Sarni Cintaku Di Kota

Age when it happend: 42
Where it happened: Jakarta
Langauge: Indonesia
Sex: Male
Rating: 5
Category: Straight

Sarni Cintaku Jauh Di Kota

Ketika masih tinggal didaerah sekitar Purwakarta, yang namanya bepergian ke Jakarta boleh jadi merupakan kegiatan yang sering kulakukan, karena saudaraku ada yangtinggal di daerah Pasar Minggu. Dengan hanya menggunakan bis WB yang kunaiki dariCikopo maka hanya dalam waktu kurang dari 2 jam aku sudah tiba ditempat tujuan. Sau-
daraku yang tinggal didaerah Ps.Minggu boleh dibilang meru-
pakan keluarga yang cukup kaya untuk penduduk Jakarta, suaminya memiliki kedudukan yang cukup lumayan disebu
ah perusahaan kontraktor BUMN ternama. Maka tidaklah heran rumahnya cukup besar & mentereng, bertingkat pula. Anak2nya sudah besar besar. Meskipun besar,rumah tersebut bisa dibi-
lang sering sepi, karena kerap ditinggal oleh penghuninya. Sang suami sudah jelas super sibuk berangkat pagi dan pu-
lang malam. Kadang sampai jam 10 malam. Sedang sang nyonya
kalau tidak ikut arisan ya mengikuti kegiatan2 sosial lain-
nya, kadang pagi2 juga sudah keluar untuk berolahraga didekat kantor sang suami. Begitu juga anak2nya, satu
kuliah diluar kota, sedang lainnya sibuk ikut les ini dan itu. Sedang rumah boleh dibi-lang hanya dihuni oleh pembantunya yang 2 orang gadis daerah. Selama ini setiap aku
berkunjung kesana sikapku terhadap pembantu2 ini biasa2 saja, ngobrol seperlunya saja. Tapi untuk kunjungan yang terakhir ini mataku jadi melek, karena rupa2nya telah terjadi reshuffle pembantu dirumah ini dan salah satunya menurut aku kelihatan cantik dan manis. Meskipun postur tubuhnya terbilang pendek tapi memancarkan aura kemolekan . Kulitnya hitam manis, mulus. Rambutnya sebahu, lurus hitam mengkilat. Sarni namanya, asal dari Indramayu. Namanya memang ndeso, tapi penampilan fisik tidak kalah dengan Koming peragawati yang dari Bali itu. Kalau berdiri tingginya cuma sebahu denganku.
Aku benar2 terkesima dan naksir berat dengannya. Oleh kare-
na itu aku jadi sering menggodanya. Tanggapannya terhadap godaanku sih menurut aku biasa-biasa saja dengan hanya mengeluarkan senyum manisnya saja. Kadang kalau lagi gemes kucubit mesra pipi-nya, reaksinya hanya dengan mengeluarkan kata2 klise : “Jangan gitu ah Pak, nanti tak bilangin ke bu recky lho”, karena aku memang sudah beristri nun jauh didaerah jateng sa-na dan namaku sendiri adalah Recky. “Kan jauh nggak mungkin tahu, kalau mau bilangin ayo aku antarkan” jawabku. Dan dia hanya membalas dengan senyum dikulum yang teramat sangat manis.
Siang itu aku bangun karena perutku mulai keron-congan, maka aku turun kebawahkearah dapur untuk cari mencari makanan. Suasana rumah sepi seperti biasanya. Didapur kujumpai dia sedang bersih2 kompor sementara pembantu yang satu lagi sedang menyeretika pakaian dilantai atas sebelum akhirnya tidur siang. “Hallo sayang, lagi sibuk apa? tolong perutku lapar nih, siapkan makanan ya…” Ya pak sebentar pak”. Aku lalu duduk dimeja makan menunggu makanan disajikan. Setelah siap, kulihat dia mau meninggalkan meja untuk kembali kedapur, ketika melintas didekatku sambil duduk kudekap pinggang-nya aku berkata:“ Kamu mau kemana Sar?, kamu disini saja menemani aku makan”,“ Jangan pak, nanti kalau ketahuan bisa diomelin oleh ibu “. Ibu disini adalah adikku sendiri.
”Ah, nggak usah kawatir kan ibu pulangnya masih nanti sore” kataku. Tapi dia terus berlalu menuju dapur untuk melanjutkan tugasnya. Selesai makan aku terus keruang tengah
untuk mencari koran terbaru. Setengah jam kemudian selesai sudah koran itu kubaca.Aku kembali ke dapur untur mencari pujaan hatiku. Kulihat dia sedang menggenggam kain lap sambil membersihkan jeruji jendela dapur yang ada mejanya. “Kalau bersih2 jangan sambil melamun dong yank”. Kudatangi dia dari belakang, tangan kiriku memegang pundak kirinya dan tangan kananku meraih tangan kanannya yang sedang memegang kain lap. Aku berbisik dari belakang kepalanya – sekilas tercium aroma sampo merk terkenal dari rambutnya yang hitam mengkilat yang sekaligus membuat gairahku meningkat drastis :” Begini lho kalau pegang lap….dan m.bersih…kany..a se…p..erti in..in..i”, kataku bergetar menahan gejolak yang tiba ser-2 an dikepalaku dan sekujur tubuhku.Tangankupun jadi gemetar seperti buyuten . Dan kulihat rambut ditangannyapun terlihat berdiri pertanda dia memperoleh sensasi yang sama dengan yang kurasakan. Tangan kiriku yang semula memegang pundak dan tangan kananku yang memegang lap malah menjadi memeluknya dari belakang dengan kencang. Kucium lehernya yang bersih itu. Kedua tangan
ku yang tadi memeluk bagian perutnya mulai naik keatas sambil meremasi bagian dada-nya yang mengeras. Sambil kuciumi lehernya, badannya meggelinjang dan menekuk kedepan yang maksudnya menghindari ciumanku. Tapi akibatnya, pantatnya yang kenyal i-tu malah menonjok bagian penisku yang sudah mengeras jadi tambah kenceng saja karena adanya gesekan antara pantat Sarni dengan penisku meski masih tertutup pakaian.Sar-ni kembali menegakkan tubuhnya sambil kepalanya tengadah sehingga aku dapat menciuminya kembali, yang semula hanya leher sekarang aku dapat melumat bibirnya yang tipis dan manis itu dengan rakusnya. Tak lupa tangankupun semakin kalap meremas buah dadanya kiri kanan sambil tak lupa melepas kancing bajunya satu per satu hingga lepas semua sehingga tinggal bh-nya saja. Yang ini pun hanya dengan menggesernya keatas maka segera saja menyembul buah dadanya yang ranum dan puting susunya yang mungil menjadi sasaran pilinan jari jemariku. Suara desahan dari mulutnya semakin menghebat meski bibirku masih melumat bibirnya, tercium aroma khas hawa mulut wanita yang sedang dilanda birahi yang teramat sangat. Penisku yang semakin kencang kugosok-gosok-an dibagian pantat Sarni. Sekilas kulihat bibirnya yang seperti menahan senyum. Sepertinya ada yang lucu. Maka kutanya dia :” Sar, kamu kok senyum, ada apa sih “. Sambil melepaskan ciumannya dan menjauhkan wajahnya dari wajahku dia menjawab :” Pak Recky kok cepet sekali kerasnya”,“ Apanya yang keras ?” tanyaku pura2 tidak tahu.“Em..mm, yang ini lho!” jawabnya sambil menggoyang-goyangkan dan menggesek-gesekkan pantatnya dibagian penisku yang bengkak. “Jelas dong, meskipun aku sudah tua tapi masih normal banget lho Sar”. “Siapa bilang pak Recky sudah tua, kelihatannya masih muda kok” kata Sarni. Terus terang usiaku sudah 45-an, sedangkan Sarni dari tampilan fisiknya masih berusia 20-an, jadi separuh dari umurku. “Terima kasih Sar, kalau kamu menilai aku masih muda “, kataku sambil masih meremasi dadanya dan mengelus bagian bawah perutnya dengan jariku. Dia semakin menggelinjang ketika tangan kananku mulai bergerilya kebawah perutnya dan memelorotkan cd-nya. Dan disana kurasakan melalui jari je-mariku adanya cairan dan tonjolan licin diantara rambut kemaluannya yang masih jarang dan tipis. Dia mengeluarkan erangan yang tertahan sambil pahanya ditangkupkan mera-pat ketika tonjolan licin itu kugosok-gosok dengan jariku. Sambil tengadah dia terus men
desah ketika jari jemariku terasa kuyup dan pliket memijiti klitorisnya. Sementara penis-ku semakin mengeras dan sepertinya tersiksa berada didalam celana yang semakin terasa semakin sempit. “Pak Recky, oh..hhh sshhh “ , Sarni terus mendesah sambil tangannya mulai menggapai-gapai kebelakang untuk memegang penisku. Tapi aku belum akan me-lepas burungku sebelum saatnya tiba, meskipun penisku dikatakan sudah siap tempur dan seperti membatu aku tak mau terburu-buru.Aku ingin permainan pendahuluan ini bisa ber
langsung lama dan meninggalkan kesan yang mendalam setidaknya untuk kami berdua. Karena setelah mengalami hal ini sepertinya aku mulai mencintai Sarni lahir dan batin
meski dia hanya seorang pembantu dirumah saudaraku.
Setelah hampir 15 menit berlalu aku jadi tak tahan sendiri. Badan Sarni kubalikkan sehingga kami berhadap-hadapan satu sama lain. Kulihat rambutnya kusut masai, tapi malah menambah kecantikkannya. Roknya meringkas ketengah antara buah dada dan perut-nya. Bh-nya tersingkap keatas dan cd-nya turun sampai lututnya. Pahanya mulus bersih
dan terlihat cairan bening licin meleleh dipaha sebelah kirinya. Kulihat dia sudah sangat terangsang kalau tidak malah sudah orgasme duluan kalau melihat cairan yang mele-
leh itu. “Sarni kamu duduk diatas meja saja ya”, sambil kupondong badannya yang pendek lalu kududukan pantatnya ditepi meja dapur. “ Pak Recky mau apa?, tanyanya. “Sudah ka
mu diam saja ya yank”. Cd-nya yang nyangkut di lutut akhirnya kulepas dari kedua kaki mulusnya dan kusimpan dalam celana pendekku . Kepala dan punggungnya kurebahkan kebelakang sehingga kepala Sarni menyentuh kaca jendela dibelakangnya. Maka otomatis vagina Sarni tersaji bebas didepanku. Maka segera saja kuraih kursi bakso (plastik) yang kebetulan ada didekatku untuk tempat duduk untuk prosesi selanjutnya. Dengan posisi seperti itu jelas tanpa pentutup apa apa lagi Sarni mengangkang didepanku. Setelah
mengetahui maksudku Sarni sambil tertawa cekikikan membisik :” Ih Pak Recky apa’an sih, malu ah Pak. “Sudah kamu diam saja sayang”, sambil kusorongkan kepalaku menuju vagina Sarni. Tetapi langkahku tertahan karena paha Sarni menangkup sambil kedua ta-ngannya menahan gerakan kepalaku kedepan. Aku nggak kekurangan akal maka kujulur kan lidah dan mulutku untuk mengecupi paha kanan Sarni.“Ayo Sar, buka dong pahamu” sambil terus cekikikan dia bilang:” malu ah”. Karena seumur-umur dia mungkin tidak pernah membuka kemaluannya didepan umum apalagi laki-laki seperti saya ini. Pahanya be-nar-benar mulus dan bersih .Maka pelan namun pasti jepitan paha Sarni yang semula kencang mulai mengendur akibat jilatan lidahku disekitar pahanya. Setelah mengendur de-ngan pelan pelan kubuka kedua belah paha Sarni lebar-lebar. Maka terlihatlah pemandangan yang teramat sangat indahnya didepanku. Gundukan gunung yang terbelah ada didepan mataku dengan rambut hitam halus tum-
buh disekitarnya. Celah yang ada meng-kilat karena lendir lengket semakin menambah kencangnya penisku untuk segera menembusnya. Tapi sebentar, lalu kujilat paha yang tadi ada lelehannya. Terasa hambar diujung lidahku. Kemudian kujilat lagi daerah sekitar pahanya yang lain. Terasa jepitan paha Sarni pada kepalaku tetapi dalam tekanan yang lemah sambil terus mendesah dan meremas-remas rambut dikepalaku. Setelah puas menciumi pahanya yang memang mulus itu ma-ka aku mulai mengarahkan mulut dan lidahku pada celah yang memerah dan mengkilat itu. Kujilat pelan-pelan celah dan kubenamkan lidahku dalam2 ke vagina Sarni dengan penuh perasaan dan elusan mesra nan halus dikedua belah pahanya dengan maksud bila pahanya menutup lagi maka dapat kutahan dengan kedua tanganku. Benar saja ketika ujung lidahku kutarik keatas dan menyentuh klitorisnya, maka dengan suara yang menggeletar penuh kenikmatan paha Sarni menutup dengan kuatnya, tapi segera dapat kutahan dengan kedua tanganku, sehingga kepalaku dapat bebas bergerak didalam selangkangan-nya. Selanjutnya dengan lahap kujilati klitoris dan seluruh mulut vagina Sarni dengan mulutku. Tak ayal rambut dikepalaku berantakan karena remasan tangan Sarni, selain menekan-nekan wajahku ke sela-sela pahanya, kepalanyapun kadang2 tengadah kebelakang,
kadang kedepan sambil melihat aksi mulut dan lidahku yang sedang menari-nari dilubang vaginanya, matanya terpejam-pejam seperti orang ngantuk Bibirnya tanpa henti terus mendesah-desah sambil digigit dan kadang menganga seperti orang kesakitan tapi sebenarnya menahan rasa nikmat yang tiada terkirakan sebelumnya.Dimulutku terasa ada ca-iran yang meleleh dari vaginanya, terasa lengket dan rasanya hampir seperti msg. Hanya kadang tercium bau pesing dan asam seperti ketek yang ringan tapi ini justru menambah gairahku untuk terus menyedot isi vagina Sarni. Lamat lamat mataku melihat didalam ce-lah vagina Sarni ada selaput dara yang masih utuh. Maka aku harus hati-hati dalam men-julurkan lidahku agar tidak menyakiti kekasihku ini, paling tidak kalau robek harus oleh penisku sendiri. Maka dengan lembut kuseka-seka kembali liang vagina dia dengan lidah dan mulutku. Aku sama sekali tidak merasa jijik dengan apa yang kulaku-kan, karena memang tidak ada aroma yang menjijikan dan juga karena aku tahu Sarni belum pernah berhubungan badan dengan lelaki lain, terbukti secara fisik selaput daranya masih utuh, sela-in karena aku memang men-
cintainya.
Sayup terdengar desahan Sarni:”Pak .. Recky…, ocghh shhh ssshhh achhh heghh , a ..ku sudah … nggak k kkuat laa…gi, shhh ….shhh … Pandangannya tampak sayu, namun tiba-tiba dia bangkit sambil berkata: “Ayo Pak Recky, punya bapak kok dari tadi tidak dikeluarkan”, sambil tangannya serabutan meraba celana pendekku dan meremasi penisku yang memang sudah mengeras dari tadi. Rupanya Sarni sudah hilang rasa kikuknya. Akupun kaget : “Tenang sayang, pasti nanti jadi…”, kataku sambil menahan celana pendekku dari tarikan Sarni, karena sebenarnya akupun malu kalau memperlihatkan penisku diha-dapan dia dalam keadaan polos. Mauku penisku sudah dalam keadaan masuk kedalam vagina Sarni, tak usah-
lah dia melihat pusakaku itu. Tapi usahaku untuk menahan celanaku dari tarikan dia tidak berhasil, secara kilat aku turunkan kaos t-shirtku kebawah untuk menutupi penisku yang menonjol dalam balutan kaos, akupun jatuh terduduk dikursi plastik yang tadi aku duduki dan diapun dalam posisi jongkok didepanku. Terlihat menonjol bonggol penisku ketika tangan Sarni mengelus-elus penis dalam kaosku itu. Sambil tersenyum nakal dia mendesis : “Ayo dong pak Recky dibuka, pak Recky kan udah melihat punyaku, sekarang gentian aku”,rengeknya. Melihat gairahnya dan aku tidak mau mengece-
wakannya maka pelan-pelan kubuka kaos t-shirtku yang menutupi penisku. Maka terlihatlah batang penisku yang berdiri tegak diselangkanganku mengacung didepan wajah Sarni dengan ujungnya yang merah mengkilat seperti buah tomat, sementara lubang penisku mengeluarkan sedikit cairan mengkilat seperti halnya cairan yang tadi meleleh dipaha ki-ri dia. Lalu pangkal penisku dipegangnya dengan malu2 : “Punya pak Recky kok besar banget sih”, aku jadi tersanjung dengan pujiannya . Sebab menurutku ukuran penisku tergolong biasa biasa saja. Mungkin karena wajahnya dekat sekali dengan penisku yang mengacung itu aku melihat dagu wajahnya tepat sejajar dengan pangkal penis yang digeng-gamnya sedang ujungnya yang memerah menonjol agak diatas dahinya sedangkan diame-ter penisku kurang lebih sebesar lengan tangannya. Sambil meremas batang penisku agak
keatas dia bertanya: “Pak Recky, yang mengkilat cair ini apa yang namanya mani?,.“Bukan , sayang . Ini namanya mazi yaitu cairan pembersih saluran kemih sebelum sperma yang sebenarnya keluar”. Diapun sambil meremas penisku terus bertanya:”Sperma itu apa sih”, “sperma ya air mani sayang. Warnanya putih kental seperti susu, bagi yang su-ka, baunya termasuk wangi karena khas. Tidak bening seperti cairan ini.”. Karena terus diremas remas oleh tangan Sarni aku jadi merem melek keenakan. Dia melihat aku keenakan ketika genggaman tangannya bergerak dari naik lalu turun, seperti mendapat ide tangan dia lalu bergerak naik turun dengan cepat. Aku semakin menggelepar mendesah-desah tidak karuan ketika gerakannya semakin dipercepat. Tangan kananku menceng-keram tangan kiri-nya yang bebas, sedang tangan kiriku mencengkeram pinggiran meja karena menahan deraan kenikmatan yang tiada taranya ini. Dia tersenyum manis sekaligus takjub melihat efek yang diberikan dari kocokan tangannya terhadap penisku ini. Seketika penisku menjadi semakin keras terlihat dari urat yang menonjol serta ujung bulat-nya yang semakin memerah. “Sar .. ni, ..e. .e.. na .. k banget Sar”. Ketika kami sedang asyik seperti itu tiba2 saja tanpa suara Larsi sang pembantu yang satunya lagi muncul dan melihat perbuatan kami. Tertegun dia melihatnya sebelum kemudian menyingkir dengan cepat kembali kekamarnya. Aku cuek saja begitu pula Sarni hanya tersenyum saja angkat bahu sambil tangannya terus mengocok penisku dengan irama cepat berirama. Sambil mendesah kusuruh Sarni untuk mengulum penisku :”Sar, ayo dong punyaku di-emut “, karena meskipun sudah digenggam tangan Sarni ujung penisku masih mengacung sepan-jang 10 cm, jadi masih ada tempat bagi cakupan bibir Sarni untuk mengulum penisku. :”Ayo dong Sar,….Sambil terus mengocok dan senyuman yang tertahan wajah Sarni mulai menunduk sebelum akhirnya aku merasakan pada ujung penisku yang mengeras a-da suasana hangat basah melingkupi. Pertama ujung penisku yang terasa hangat dan ba-sah, sebelum akhirnya sedikit demi sedikit dibawah ujung penisku pun mulai terasa ha-ngat. Terasa ada jejak bibir Sarni yang tipis melingkari batang penisku naik turun berira-ma seiring kocokan tangannya yang juga naik turun. Benar-benar kenikmatan luar biasa yang pernah aku rasakan. Bahkan dengan istriku sendiri. Oleh karena itu rasanya aku ti-dak menyesal bila kelak dia menggantikan posisi istriku sebagai orang yang teramat aku cintai. Dia melakukannya dengan begitu tulus tanpa rasa jijik. Aku sendiri heran dengan kekuatanku bermain sampai sejauh ini. Karena biasanya dalam kondisi seperti ini aku su-dah dari tadi menggelepar K.O. Tapi yang sekarang ini tidak. Hal ini terlihat dari batang penisku yang masih tegang keras dalam kuluman bibir dan kocokan tangan Sarni. Yang kurasakan hanyalah denyutan kenikmatan yang datang silih berganti. Ada denyut denyut kenikmatan diseluruh batang penisku, sepertinya ada yang mau jebol, tapi belum juga ke-luar.Seperti ada yang menahannya. Maka sebelum jebol beneran badan Sarni kuangkat keatas. “Ayo yank, kamu naik keatasku sini , maka diapun melepaskan kuluman dan kocokannya atas penisku. Dia pun mengangkang diatasku yang duduk dikursi plastik. Aku membuka bibir vaginanya pelan-pelan sedangkan tangan kanannya memegang ujung penisku untuk membimbing memasuki liang kemaluannya.“ Pelan2 saja pak Recky, aku masih asli kok”, “Ya , sayang !. Terasa ujung penisku yang
besar mulai menyusupi kehangatan vagina Sarni. Terlihat wajahnya meringis seperti kesakitan. Pelan tapi pasti ujung penisku sudah masuk seperempatnya. Kedua tangannya me-megang pundakku, sementara kedua tanganku memegang pantatnya yang kenyal sambil mendorongnya ke depan agar penetrasi penisku maksimal. Kulumat bibirnya mesra sam
bil kugoyangkan pantatnya kearahku begitu pula sebaliknya pantatku kugoyang kede-pan. Sampai akhirnya tercapai goyangan yang stabil. Pantat Sarni bergoyang begitu cepat
nya dengan erangan yang terdengar seperti binatang disembelih sambil kepalanya bergoyang kekiri dan kekanan menahan gejolak nikmat. Suatu ketika Sarni menggeram dan mencengkeram pundakku dengan keras disertai goyangan pantat yang tidak teratur iramanya dan penisku terasa seperti diurut-urut dan terasa basah sekali liang vaginanya, sehing
ga terasa lancar sekali penetrasi penisku sampai kepangkal saat itu. Aku tahu Sarni sudah orgasme. Kemudian kejadian itu berulang kembali saat penisku terasa basah disertai e-rangan yang menggairahkan dari mulut Sarni dan goyangan yang hebat. Sampai yang ketiga kalinya Sarni orgasme, tapi aku belum apa-apa. Dia kelihatan kelelahan tapi puas.
Keringatnya berleleran. Penisku masih utuh menancap dalam dalam. Untuk beristirahatdan sambil ganti posisi, kaki Sarni yang kiri kuangkat tanpa melepas penisku dari lubang
vaginanya dan kuputar kedepan dan sekarang posisi Sarni menjadi duduk membelakang-iku dan penisku masih juga menancap. Lalu tubuh Sarni kuangakat lagi kelantai dan deng
kulnya kualasi dengan keset,sehingga tidak sakit.Maka aku & Sarni mulai lagi bertempur dengan gaya doggy style. Goyangan pertama pelan2 saja,tapi lama2 dia pun mulai menik
matinya terbukti penisku yang besar dan panjang bisa keluar masuk dengan lancarnya. Bahkan sambil terengah-engah tangan Sarni meraih tubuhku untuk ditarik kedepan seolah menyuruhku untuk memasukkan seluruh batang penisku kedalam vaginanya. Padahal sudah pol.
Untuk mengejar ketertinggalanku dan memburu waktu aku segera menggoyangkan pinggulku maju mundur secepat mungkin sampai Sarni menjerit terengah-engah karena badannya menjadi ikut bergoyang maju mundur. Kulirik batang penisku mengkilat merah diselimuti lendir keluar masuk dari vagina Sarni. Ujung penisku sudah berdenyut-denyut tapi kok belum keluar juga ya. Dengan perpegangan pada buah dada Sarni genjotanku semakin kupercepat. Sampai akhirnya tangan Sarni menahan gerakan tubuhku . Padahal penisku terasa sudah terasa makin diujung. Kutanya kenapa sayang kok terhenti. Sarni menjawab: “Sudah pak Recky, anuku panas dan ngilu”, terus kujawab :”Tapi aku kan belum selesai Sayang?. “Panas pak!, jawab Sarni lagi. Aku jadi kasihan melihatnya bersimbah keringat sambil tetap dalam posisi nungging. Kasihan karena kami berpacu sudah hampir25 menit. Kupegangi pantatnya dan pelan-pelan kutarik penisku yang masih membonggol keluar dari vaginanya. Lalu aku duduk diatas kursi plastik sambil bersandarkan meja dapur. Batang penisku masih utuh berdiri memerah seperti dari awal tadi tapi bedanya sekarang basah oleh lendir pelumas dari vagina Sarni. Dalam keadaan telanjang bulat, karena pakaiannya, cd dan kutangnya sudah terlempar jauh dari kami Sarni duduk bersila dilantai sehingga lubang vaginanya yang merah menganga didepanku dan buah dadanya yang ranum menggantung. Melihat itu batang penisku yang masih tegak berdiri menjadi semakin berdenyut-denyut lagi. Sekali lagi Sarni tersenyum melihat batang penisku yang berdiri tegak itu berayun ayun diselangkanganku karena kugoyang dengan otot pinggulku.
”Ayo dong Sar, jalan lagi aku sudah nggak kuat nih!”kataku pada Sarni.Sarni cuma tersenyum saja sambil berdiri telanjang berjalan menuju ke meja dapur dibelakangku. Lalu diraihnya sebuah botol madu As Shiffa, kemudian dituangkannya sebagian dari isi botol tersebut ketelapak tangan kanannya. Sambil jongkok didepan kakiku yang mekangkang dengan batang penisku yang masih tegak berdiri Sarni berkata: “Aku tahu tahu caranya untuk membuat pak Recky puas sampai tuntas tas”, kemudian tangan kanannya yang tadi dituangi dengan madu mulai membasahi penisku dengan madu itu. Setelah madu itu rata di sekujur batang penisku, maka tangannya mulai mengocok batang penisku naik turun. Dia tersenyum lega setelah melihat aku merem melek menahan gejolak nikmatnya kocokannya. Shh.. shhh…ssh aku mendesah desah merasakan nikmatnya batang penisku yang
dikocok naik turun oleh tangan sang kekasih Sarni. Sambil tangannya terus mengocok Sarni tengadah untuk melumat bibirku. Secara bergantian setelah melumat bibirku kepala Sarni terus menunduk untuk mengulum dan menyedoti penisku. Gerakan tangannya semakin cepat seiring dengan desah napasku yang makin memburu. Hrgg ..hrgg..hrgg shh..
shhh….Batang penisku semakin mengencang dalam genggaman tangannya. Kuluman dan sedotan bibir serta kocokan tangan Sarni merupakan kombinasi yang mampu membuat denyutan diujung penisku semakin menghunjam. Pertahananku akhirnya jebol juga. Sambil terus mengocok dengan cepat, ketika wajah Sarni melihat wajahku yang sedang berada dilangit yang ketujuh dan mengejang, maka menyemprotlah sperma segar dan hangat dari batang penisku ke wajah Sarni dan buah dadanya. Sambil terus dikocok sperma itu terus muncrat dan tiba2 bibir Sarni mengulum dan menyedot batang penisku dalam2 sambil terus dikocok. Alhasil seluruh sisa sperma yang keluar dari batang penisku masuk semua dalam mulutnya. Tanpa sisa, kecuali yang membasahi wajah dan buah dadanya. A
ku masih merasakan adanya aliran sperma yang keluar dari batang penisku ketika bibir Sarni terus saja membekap batang penisku. Gila banyak benar sperma yang kukeluarkan.
Terlihat leher Sarni bergerak-gerak seperti sedang menelan sesuatu dan akupun masih merasakan kenikmatan layaknya lelaki yang sedang mengeluarkan sperma.Tangan Sarni te
rus bergerak mengocok penisku sambil terus dikulum sampai akhirnya penisku menjadi lemas dan berkurang kekencangannya, tapi dia terus saja mengulumnya seolah dia belum puas dengan apa yang sudah ditelannya. Penisku sampai kempir sehingga rasa nikmat berganti rasa ngilu kalau terus dikulum dan disedot-sedot. Ah Sarni.. Sarni. Segera kuhentikan aksi ini, takut ketahuan orang rumah. Lalu kusuruh dia segera kekamar mandi untuk membersihkan diri sedangkan aku segera berpakaian kem-bali.

Selesai.

Processing your request, Please wait....
  • 0 - very bad experience 10 - very great experience