Where it happened: curch
Langauge: indonesia
Sex: Female
Rating: 5
Category: Straight
Saat itu aku pergi ke gereja sendiri karena kedua orang tua sedang berlibur ke Singapura dalam waktu satu bulan. Hari pertama aku pergi ke gereja tanpa orang tua aku minta ditemani Pak Made, sopir pribadi papaku. Sopir papaku adalah orang Hindu, jadi hanya mengantar sampai depan gereja saja.
Awalnya tidak terjadi apa-apa sampai kemudian ketika acara di gereja selesai saya mendapati Pak Made tidak ada di lokasi parkir padahal mobilnya ada. Setelah saya cari ke sana kemari ternyata dia lagi ada di kamar mandi belakang gereja. Saya tahu dia ada di dalam situ karena dia menjawab panggilanku. Bukannya segera keluar dia malah diam saja di dalam kamar mandi. Saya jadi curiga jangan-jangan ada apa-apa dia di sana. Herannya, begitu saya mendorong pintu kamar mandi itu, ternyata tidak dikunci. Karuan saja saya terhuyung-huyung masuk ke dalamnya. Saya mendapati ternyata Pak Made sedang buang air besar. Pertama yang terlihat oleh mataku adalah kemaluan Pak Made yang amat besar. Sebelum kejadian itu, saya sering buka-buka buku biologi tentang organ tubuh laki-laki, namun yang dipunyai Pak Made sungguh di luar dugaanku.
“Maaf Non, pintu gak ditutup karena saya takut kegelapan,” kata dia.
Tak kusangka ternyata pak Made yang punya ‘barang’ gede itu ternyata takut pada ruangan tertutup. “Ya, udah, segera cebok sana…” kata saya memerintah dia yang kemudian dia ikuti. Anehnya, entah kenapa saya tidak keluar dari tempat itu dan menyaksikan Pak Made yang malu-malu cebok di depanku sambil sesekali menoleh ke arahku dengan perasaan heran.
Ketika Pak Made selesai cebok dan hendak menaikkan celana dalamnya kembali, entah kenapa tiba-tiba keanehan kembali terjadi pada diriku. Saya segera menghampirinya dan lalu memegang kemaluan Pak Made dengan erat. “Eh, kenapa ini Non?”
Saya tetap tak tahu kenapa semua itu bisa terjadi. Kejadiannya berlangsung begitu cepat. Tanganku segera meraih grendel pintu dan menguncinya dari dalam. Setelah itu adalah kejadian yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Saya jongkok di depan Pak Made yang berdiri terpaku. Barangnya yang masih ukurannya sekitar 15 cm itu segera aku tarik dan kumasukkan ke mulutku. Pak made memegang rambutku dan menariknya ke arah tubuhnya. Dengan demikian hampir seluruh peni Pak Made ada di mulutku, ujungnya menyentuh tenggorokanku sampai saya terbatuk-batuk. Kejadian itu berlangsung lima menit sampai Pak Made mengeluarkan air mani di mulutku. Setelah itu saya membuka pintu dan keluar hendak menuju mobil diikuti Pak made.
Pak Made adalah seorang bapak dari satu anak. Umur dia sekitar 32 tahun. Umurku saat itu baru 17 tahun.
Ketika saya berdiri di dekat mobil, Pak Made terguyung-huyung mendekatiku. Bukannya membuka pintu mobil dan langsung pulang, dia malah meraih tanganku dan dengan lembut menarikku masuk kembali ke gereja. Saat itu gereja sudah sepi. kami adalah pengunjung terakhir. Kami masuk ke ruang tempat ganti pakaian kelompok paduan suara gereja. Di sana Pak made dengan semangat membuka bajunya, semuanya hingga tak ada sehelai benang pun ada di tubuhnya. Kulihat lagi barangnya yang gede. Saya membuka sendiri baju dan rok yang kupakai. Namun karena tidak sabar, Pak Made membantuku membuka BH ukuran 36-ku dan celana dalamku.
Kejadian setelah itu bisa ditebak. Kami berguling-guling tidak karuan selama mungkin 15 menit lebih. Bahkan tanpa sadar karena pak made mempunyai banyak gaya bercinta, kami melakukannya sambil berdiri dan tanpa memutuskan hubungan kelamin, Pak Made menggendongku sampai di bangku jamaat. Di sana kami melakukannya lebih dari lima menit. Saya tak tahu bagaimana Pak made melakukannya, saya pikir dia sudah mengeluarkan air mani di tubuhku tapi tetap bisa keras juga barangnya di dalam tubuhku. Saya tak peduli, saya juga sudah berkali-kali klimaks namun tetap terus berhasrat tak mau merelakan dia mencabut peninya dari vaginaku.
“Saya tahu Nony butuh ini kan…” hanya itu kata-kata Pak made. Saya tak peduli pengalaman pertama saya ternyata dengan Pak made bukan dengan kekasihku sendiri. Sore itu adalah sore berkesan di mana darah pertama saya berceceran di mana-mana. Total waktu kami melakukan semua itu, termasuk beberapa ronde tambahan, saya hitung tidak kurang enam jam. Kami keluar dari tempat kenangan itu sekitar pukul sebelas malam. Saya tak tahu, kemana penjaga gereja hari itu. Kami bisa keluar dengan leluasa dan melakukan semua itu tanpa gangguan.
Dua tahun sejak kejadian itu saya baru tahu kebenaran yang sesungguhnya. Ternyata Pak Made dulunya adalah petugas penjaga gereja tersebut yang sudah sejak lama memperhatikan saya berikut sifat-sifat dan kebiasaan saya yang memang saya akui banyak suka penasarannya. Pak Made sudah berhenti bekerja sebagai sopir setahun yang lalu. Dari hubungan itu saya tidak hamil, setahu saya sebelum berangkat ke gereja Pak made sempat memberiku minuman, mungkin ada obat pencegah hamilnya saya tak tahu.
Processing your request, Please wait....