1564 Views |  Like

LISA kusayang

Age when it happend: pcr1
Where it happened: pertama
Langauge: indonesia
Sex: Male
Rating: 5
Category: Straight

Jarak Bukan Penghalang
Cinta memang aneh, bisa datang kapan saja, di mana saja, dan terhadap siapa saja. Cerita berikut mengenai percintaan saya dengan teman satu SD saya. Anehnya, kita tidak kenal waktu itu dan kenalnya sewaktu saya belajar di London dan dia (temanku red) sudah menikah di negeri jiran Singapore. Tentunya berkat kemajuan teknologi internet dan telepon.

Perkenalkan nama saya Agus dan saat ini saya bekerja di Singapore. Di bulan Desember 1999, karena sedang liburan (saat itu aku sedang kuliah MBA di UK), aku iseng chatting lewat MIRC. Saat ini aku berkenalan dengan seorang wanita yang sebut saja namanya Nelly. Dia tinggal di negeri jiran Singapore. Nelly sudah menikah dan mempunyai dua orang anak.

Setelah mengobrol kesana kemari, akhirnya ketahuan juga kalau Nelly dan aku ternyata satu sekolah sewaktu SD di kota M di pulau Sumatera. Aku masih mengingatnya, soalnya walau masih ingusan (6 SD), dianya sudah terkenal karena kecantikan dan tubuhnya yang montok. Tapi Nelly sendiri sudah lupa kepadaku. Mungkin aku tidak begitu ngetop sih. Tapi seingatku, aku ngetop juga kok. Aku selalu juara kelas waktu SD, lumayan kan?

Mungkin karena jodoh, pembicaraan kita selalu klop. Aku tidak tahu kenapa aku suka sama cara dia chatting, mungkin dari sifatnya yang manja atau suaranya yang merdu (kita tukaran nomor telepon). Akhirnya dari sekedar chatting lewat internet, hubungan kita berlanjut dengan saling telepon. Aku baru sadar, cinta bisa tumbuh lewat chatting maupun telepon, betul tidak?

Nelly sering komplain padaku kalau suaminya jarang memperhatikannya. Suaminya sibuk dengan bisnis dan jarang mencurahkan kasih sayang. Nelly juga mengakui kalau sudah sekitar 6 bulan mereka tidak pernah berhubungan badan lagi. Dia sendiri tidak mengerti, mungkin tiada lagi cinta di hati mereka.

Suatu hari Nelly mengirim photonya, aku masih ingat photo itu diambil di Australia. Waktu melihat photo itu, aku sedikit kaget, karena Nelly sangat cantik, jauh lebih cantik dari bayanganku. Dengan rambut cepak, mulut yang mungil, dan tubuh tinggi langsing Nelly adalah seorang cewek yang diidamkan setiap lelaki. Aku merasa iba dengan kondisi perkimpoiannya. Ada yang bilang cewek cantik jarang ada yang bahagia. Dari contoh beberapa teman cewek yang kulihat memang begitu sih adanya. Jadi beruntunglah cewek yang tidak terlalu cantik.

Sering Nelly mengeluh kepadaku kalau dia merasa kesepian dan membutuhkan belaian lelaki. Sayang saat itu aku ada di Inggris. Sampai suatu hari aku meneleponnya dan kebetulan dia sedang horny.

“Yang, aku udah horny nih… pingin main…” kata Nelly dengan suara mendesah.
Aku bingung juga mau ngapain saat itu, tapi dengan membayangkan wajahnya dan tubuhnya, kemaluanku langsung tegang.
“Kamu lagi di mana? Suami kamu ada tidak?” tanyaku.
“Aku sendirian di rumah…” jawab Nelly.
“Nell, aku juga sudah tegang nich membayangkan kamu… kamu pakai baju apa?” tanyaku.
“Aku pakai daster berwarna putih…” balasnya mesra.
“Pake BH, tidak?” aku ingin tahu kondisi detailnya untuk imajinasiku.
“Tidak… ” jawab Nelly.
“Nelly, bayangin aku dong… saat ini aku lagi mengelus kemaluanku dan membayangkan kamu. Adikku sudah bangun dari tadi…” aku berusaha membangkitkan imajinasinya.
“Ahh…” dia terdiam.
“Nel… buka dastermu… oke? aku pingin menghisap susumu, aku pingin meremas susumu… bayangin tanganku di susumu, oke?” lanjutku.
“Terus ciumanku turun ke perutmu… ke pahamu… dan ke klitorismu…”

Aku bisa mendengar desah nafas Nelly yang makin memburu. Akhirnya dengan menceritakan kondisi masing-masing, aku ejakulasi (buru-buru kubersihkan memakai tissue, soalnya aku sedang tiduran di ranjangku) dan Nelly juga mengakui kalau dia orgasme pada waktu bersamaan. Aku memang mengatur kocokan kemaluanku untuk menyamakan waktu orgasme kami. Aku percaya kalau dianya orgasme, dari suara dan teriakannya ketahuan kalau dia horny berat.

Selanjutnya kita sering melakukan seks melalui telepon dan imajinasi. Seminggu sekitar dua kali, biasanya hari Sabtu (Siang hari waktu Singapore) dan hari Rabu (tengah malam waktu Singapore, kalau suami dan anaknya sudah tidur). Pernah Nelly masturbasi di dapur saat tengah malam sambil bertelepon ria denganku, saat itu dia tidak berani terlalu keras bersuara. Sejak saat itu hubungan kami semakin akrab. Aku mengirim kado pada Nelly (dildo yang bisa bergetar) dan dia menghadiahkan kemeja kepadaku.

Selesai kuliah (September 2000), aku akhirnya pulang ke Indonesia. Karena kondisi perekonomian yang masih kacau, aku memutuskan untuk mencari kerja di Singapore.

Tanggal 2 September 2000 (hari Sabtu) aku mendarat di bandara Changi. Sebelumnya aku sudah telepon ke Nelly kalau aku akan tiba hari ini dan dia akan menjemputku. Saat aku keluar dari bandara, aku melihat ke sana ke mari untuk mencari Nelly, kutunggu sekitar 10 menit tapi dia tidak muncul, aku sudah khawatir kalau dia tidak menepati janji, soalnya ini pertama kalinya aku ke Singapore, jadi buta sama sekali. Rencananya dia akan mengantarku ke hotel.

“Agus ya…?” tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Aku membalikkan badan dan aku terkesima. Di depanku berdiri seorang gadis manis dengan tinggi sekitar 167 cm. Rambutnya dipotong pendek dan memberikan kesan tomboi. Dia memakai jeans hitam dan baju biru tua dari bahan yang tembus pandang. Di dalamnya kelihatan BH hitamnya.
“Kok ngelamun?” tanyanya lagi.
“Ee.. ee… aku Agus… kamu Nelly khan?” jawabku tergagap.
“Hihi… iya… sudah lama?” tanya Nelly.
“Tidak, baru nyampe… aku tidak menyangka kamu secantik ini…” Pujiku sejujurnya. Memang dia cantik sekali dengan alis hitam, mulut mungil dan bibir yang tipis.
“Hahaha… ” dia tersenyum manis.
“Oh my god, this must be the luckiest day in my life”, pikirku dalam hati.

Kemudian kita menuju ke tempat parkir dan sesuai dengan kesepakatan semula, Nelly akan mengantarkanku mencari hotel. Aku bermaksud tinggal beberapa hari di hotel sambil mencari apartemen yang sesuai. Setelah melihat beberapa hotel, akhirnya aku setuju untuk menginap di Crownprince Hotel di Orchard Road dengan biaya sekitar SG$ 140 per malam.

Sesudah mendaftar dan melengkapi semua dokumen, saya dan Nelly berjalan menuju kamar 214. Tiba di kamar, aku langsung menjatuhkan tubuhku ke kasur. “Ahhh… capek”, kataku. Perjalanan ke Singapore memang cuma satu jam tapi berhubung aku membawa koper yang cukup besar, jadinya ya capai juga.

Nelly berjalan menuju kasur dan duduk di tepi ranjang. “Kasihan… Mau aku pijat tidak?” tanya Nelly. Tuing! belum apa-apa batanganku sudah bangun, soalnya aku sudah membayangkan apa yang akan terjadi kalau dipijat cewek manis ini.
“Mau dong…” kataku sambil membalikkan badan sehingga posisiku jadi telungkup. Nelly berjalan ke arahku lalu menyingsingkan lengan bajunya. Nelly kemudian naik ke ranjang dan duduk di punggungku. Aku bisa merasakan pinggul dan pahanya yang mulus.

Kemudian terasa di pundakku pijatan lembut, sangat nyaman. Setelah lima menit aku berkata, “Udahan ah… kasihan kamunya capai…” Nelly cuma tersenyum dan berbaring di sampingku.

Aku menatap wajahnya yang ayu dan dia tetap tersenyum, kemudian dengan perlahan aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Dia tidak mengelak, lalu dengan perlahan kucium keningnya kemudian turun ke pipinya. Tiba-tiba Nelly mengarahkan mulutnya ke mulutku, jadinya kita sekarang berciuman dari mulut ke mulut. Aku bisa merasakan ciumannya yang lembut, perlahan aku menjulurkan lidahku ke mulutnya. Lidahku dihisap pelan dan digigit perlahan, nikmat.

Aku lalu menggerakkan tanganku ke pipinya yang mulus, dan kuelus. Perlahan tanganku turun ke lehernya dan ke arah payudaranya. Kuremas perlahan payudaranya dan terdengar nafasnya yang mulai memburu. Aku menggerakkan jariku mencari puting susunya. Setelah beberapa lama, akhirnya kutemukan juga lalu kupelintir seperti memutar mur. “Ahhh…” Nelly mendesah.

Tanpa menunggu aba-aba, jariku mulai menuju kancing kemejanya dan membuka kancing kemeja tersebut satu persatu. Nelly, cuma menatapku dengan tatapan mata yang begitu sayu. Setelah kemejanya terbuka, tanganku beralih ke belakang bra-nya untuk membuka kaitan bra tersebut. Sayang karena belum berpengalaman di dunia buka membuka BH, aku tidak berhasil membuka kaitannya, Nelly cuma tersenyum dan menggerakkan tangannya untuk membuka bra tersebut. Tentu saja dia berhasil. Akhirnya terpampanglah sepasang buah dadanya yang indah di depan saya, tidak terlalu besar, tapi masih mancung dengan puting yang mungil berwarna coklat muda. Heran juga aku soalnya Nelly sudah mempunyai dua orang anak. Tapi mana sempat aku berpikir panjang lagi.

Dengan gerakan cepat, aku membuka baju dan jeans-ku. Melihatku membuka jeans, Nelly juga melepaskan jeans-nya dan memamerkan celana dalamnya yang berwarna hitam. Sekarang di tempat tidur berbaring dua insan hanya dengan celana dalam.

Aku lalu mengelus rambutnya dan mengulum bibirnya. Ciumanku turun ke leher, lalu naik ke belakang telinganya, turun lagi ke payudaranya, lalu ke perutnya yang langsing. Dan terus ke paha dalamnya, turun lagi ke lututnya. Kugigit perlahan lututnya, Nelly cuma mendesah. Jilatanku sekarang naik lagi menuju kawasan segitiga emas.

Jariku lalu menarik pinggiran celana dalamnya dan aku bisa melihat liang kemaluannya yang berwarna merah muda. Tercium juga wangi kewanitaan yang membuat adikku berontak keras.

Aku mencari klitorisnya yang agak tersembunyi, lalu aku menggerakkan lidahku ke arah klitoris tersebut. “Ahhh…” Nelly menggerakkan pahanya menjepit kepalaku dan menaikkan pinggulnya. Hidung dan mulutku terbenam di kue empuknya. Enak sekali.

Kemudian setelah jepitan pahanya agak mengendur, lidahku diarahkan ke arah lubang kemaluannya dan kukeluar-masukkan lidahku di sana. “Ahhh… ahhh…” Nelly mendesah. Aku bisa merasakan bahwa cairan di kemaluannya kian banyak.

Kemudian aku berdiri dan membuka celana dalamnya dan celanaku juga. Tiba-tiba Nelly menarik tanganku untuk berbaring dan dia mengarahkan mulutnya ke kemaluanku. Dengan buas batanganku dilahapnya. Bijinya juga dipermainkan dengan lidahnya. “Aduhhh… Enaknya…” aku cuma terdiam dengan nafas memburu.

Cukup lama Nelly melakukan hisapan. Kemudian aku membaringkannya dan naik ke atas tubuhnya. Aku melihat rambut kemaluannya yang tidak terlalu lebat tapi tumbuh dengan rapi. Aku membuka pahanya dan menuntun adikku ke lubang kenikmatan Nelly. Dengan pelan aku mendorong batang kemaluanku ke liang kemaluannya. “Ahhh…” Nelly menaikkan pinggulnya dan aku mendorong, masuklah batang kemaluanku ke lubang kemaluannya. Terasa hangat, basah dan agak sempit. Kembali heran juga aku, soalnya dia kan sudah punya dua orang anak tetapi lubang surganya masih sempit.

Aku memulai memompa, kutarik lalu kumasukkan kembali. Makin lama makin cepat. Terasa sangat nikmat. “Enakkk Gusss, enak…” Nelly mulai menjerit. Aku kemudian memperlambat pompaanku sebagai gantinya aku mengganti jurus putaran sejuta nikmatku. Aku memasukkan kemaluanku sampai mentok, lalu kutarik sedikit dan kuputar pinggulku.

“Ahh…” Nelly memelukku dan mencakar punggungku. “Aku keluar Gus…. Aaahhh… aaahhh… aahhh, ” Nelly meronta-ronta ketika hampir mencapai puncak kenikmatannya. Akhirnya terasa kakinya dan tubuhnya mengejang. Nelly sudah mencapai klimaksnya.

Aku tersenyum dan menciumnya, mengelus rambutnya. Setelah beristirahat selama tiga menit, aku mulai menarik batang kemaluanku dan memasukkannya kembali. Dalam waktu singkat birahi Nelly bangkit kembali.

Kemudian aku meminta Nelly menungging dan tanpa banyak bicara Nelly menuruti kemauanku. Sepasang pantatnya yang putih bersih sekarang terpampang di hadapanku dari belakang. Aku bisa melihat belahan kemaluannya yang berwarna merah muda. Lubang pantatnya terlihat sangat kecil.

Aku mengarahkan kemaluanku ke lubang kemaluannya dan tiba-tiba kudorong dengan cepat. “Aahhh… Gusss… ampunn… Enak…” seru Nelly.
Tanganku memegang pinggul Nelly dan menggerakkan tubuhnya maju, mundur, maju, mundur. Sekarang yang terdengar hanya teriakan histeris Nelly.
“Guusss… Gusss… terusss…” seru Nelly, “Aku datang lagi Gus…”
Aku mempercepat dan memperdalam hujaman kemaluanku. “Ahhh…” akhirnya kita sampai ke puncak bersama. “Croott… crot…” spermaku yang tumpah ke liang kemaluannya banyak sekali.

Hari itu kita bercinta sekali lagi dan besoknya hampir dua kali sehari. Memang jarak bukan batasan cinta.



Petualang
Aku mengenal yang namanya masturbasi dari teman-teman, dipegang, terus di tarik begini… begitu… dan memang enak sekali, jadi aku mulai menggunakan tanganku saat mengintip dan menikmati bulu-bulu kemaluan pembantuku saat mandi. Mungkin yang paling berkesan ialah ketika aku mengintip kakakku sendiri (hohoho) lewat celah jendela, setelah dia mandi dan masuk kamar. Ahh, kuintip dia melepas handuknya, mengagumi dirinya di depan cermin. Ohh… baru kali ini kulihat tubuh dewasa kakakku (yang kebetulan memang cantik, banyak penggemarnya), selain kenangan masa kecil saat kami masih oke-oke saja mandi bersama.

Tanpa terasa kupegangi kemaluanku yag menegang saat ia berbaring di tempat tidur, memegangi puting-puting susunya, dan mengangkat kepalanya saat ujung batere itu bergerak-gerak di lubang kemaluannya. “Hkk… nngg…” kunikmati setiap gerakannya, sambil menggoyangkan batang kemaluanku dan menarik-nariknya. Ahhh… kutarik napas lega dan kuseka keringat dingin penuh dosa di pelipisku ketika aku ejakulasi, seiring dengan turunnya pantat kakakku yang sebelumnya mengejang-ngejang tak karuan.Semenjak saat itu, aku menjadi ketagihan untuk bermasturbasi, mungkin tiga-empat kali sehari. Dan pergaulanku dengan teman-temanku memberikan kesempatan bagiku untuk menikmati adegan porno dari video (beta), yang entah dari mana kasetnya. Sehingga imajinasiku menggila setiap melakukan masturbasi.
Tanpa kusadari mungkin aku perlahan menjadi seorang maniak seks. Lagi pula itu julukan teman-teman yang mengenalku sekarang, hohoho… penjahat kelamin?Akhirnya aku berhasil mengujinya ketika aku berkenalan dengan seorang cewek cantik bernama Enni, saat itu aku kelas tiga SMP. Perkenalanku dengan gadis cantik itu mendapat berbagai halangan, baik dari teman-teman (yang sirik), keluarga kami (karena perbedaan religi), dan tentu saja para sainganku (kebetulan Enni sendiri adalah seorang cewek idola). Hohoho.. masih kuingat saat sepatunya mendadak terlempar ke kepalaku saat sedang enak-enak duduk, sakit memang, tapi toh ada manfaatnya, hehehe. Jadi, aku berkenalan dengannya.

Kami mengakrabkan diri dan aku sempat merasa sangat bangga ketika akhirnya ia menerimaku menjadi kekasihnya, saat itu bertepatan dengan pembagian STTB, hehehe. Dan yang paling menggembirakan, ternyata aku satu SMU dengannya, dan satu kelas pula, alamak! Betapa beruntungnya aku.Kami berdua masih sama-sama polos dalam hal bercinta, mungkin itu yang membuat segalanya menjadi mudah. Dalam tempo tiga bulan aku berhasil mencium bibirnya, eh… enak dan lembut. Itu ciumanku yang pertama, hahaha… bergetar.. bergetar. Bayangan akan kelembutan bibirnya membuatku terangsang setiap malam, semakin liar menggosokkan kemaluanku ke guling, membayangkan tubuhnya yang tanpa pakaian menggeliat seperti di film porno saat kumasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya, ahh… ahhh… ahh….. kurasakan aku hampir gila karena nafsuku.
Lalu, dengan sembunyi-sembunyi kunaiki mobil papaku, dan kuajak dia berputar-putar keliling kota, hanya sebentar-sebentar, dan tentu saja aku berkompromi dulu dengan sopirku. Akhirnya aku mendapat “SIM-beli” setelah merengek-rengek setengah mampus di kaki papaku. Dan aku mulai mengatur rencana bagaimana aku bisa menikmati tubuh kekasihku, daripada hanya bibirnya, lagipula batang kemaluanku menuntut terus tiap waktu.Jadi pertama kuajak ia berputar-putar sekeliling kota, alasannya untuk merayakan SIM-ku. Dan kucoba mencium bibirnya di dalam mobil ketika kami berhenti di sebuah jalan raya, eh… dia tidak menolak. Yah, sebuah petanda yang bagus… oke.

Beberapa hari kemudian, aku mulai agresif mengajaknya jalan-jalan, sampai akhirnya aku berani mengajaknya ke jalan tol di sebuah malam Minggu. Kami berhenti di peristirahatan tol Surabaya-Gempol. Kumatikan mesin, dan kucium bibirnya yang lembut. Ia sama sekali tidak meronta ketika aku meremas-remas buah dadanya yang lumayan besar di telapak tanganku, dan ketika kubuka bajunya, menelanjangi bagian atasnya, alangkah nikmat kurasakan menciumi puting susunya yang kecil yang kencang, nafasnya yang melenguh dan mengerang menambah kenikmatan yang kurasakan, “adikku” berdiri tegak siap tempur, tapi kutahan saja, karena aku takut ia akan menamparku jika aku melangkah terlalu jauh. Jadi kugesek-gesekkan saja kemaluanku ke pinggiran kursi sampai ejakulasi. Dan selama itu dia tidak menolak sama sekali, bahkan terkesan pasrah dan menikmati. Dia bahkan sempat memberi wanti-wanti, “Ray… jangan cerita-cerita okay?” Oh… tentu tidak dengan menggunakan namanya dan namaku yang asli, hohoho.

Nah, hari-hari berikutnya, karena ia tidak pernah menolak, jadi aku pun mulai berani melepaskan baju atasku, menikmati kehangatan dadanya di dadaku sambil menciumi bibir dan telinganya. Mmm… enak sekali kurasakan saat itu. Kami mulai biasa melakukan embracement di rumahnya, rumahku, dalam mobil dan dimanapun tempat yang kami bisa. Sampai akhirnya kami kelas 2. Saat itu aku mulai mengenal yang namanya pil “koplo”, dan karena aku anak band, jadinya pil setan itu menjadi konsumsi wajibku sebelum manggung, ah kurindukan saat-saat “sakauw”. Efeknya, aku menjadi lebih liar, lagipula Enni sama sekali tidak tahu aku mengkonsumsi obat-obatan. Dia hanya bingung melihat prestasiku yang melorot 23 peringkat saat cawu 1, dan kubilang saja karena papa dan mama ribut melulu. Toh dia percaya.

Suatu saat, ketika kami pulang sekolah (siang), kuajak dia mampir di Wendy’s. Kami makan, dan kemudian seperti biasa berputar-putar mencari tempat. Akhirnya aku memberhentikan mobilku di sebuah jalanan yang lumayan sepi di dekat Kenjeran. Ah, aku sih bersyukur saja karena kaca mobilku gelap, hehehe…. jadi, kubuka baju dan behanya, menikmati puting-puting “susu”-nya seperti biasa, sambil sesekali meremas dan menggigit. Nafasnya mendengus-dengus. Kuajak ia pindah ke bangku belakang. Enni menurut saja. Kuteruskan hisapanku di “susu”-nya, dan ketika kumasukkan tanganku ke dalam roknya, ia hanya diam dan mengeluh. Kutarik celana dalamnya ke bawah, sambil kuciumi bibirnya yang terbuka. Enni mengerang lirih saat kusentuh kemaluannya yang basah.
Aku berusaha mendudukkan diriku di sebelahnya, mengangkat roknya dan membuka pahanya, untuk yang pertama kalinya aku melihat kemaluan seorang wanita di depan mataku, bentuknya indah sekali, berbeda dengan yang di film-film porno. Kulihat wajahnya memerah dan matanya memandangku bertanya-tanya. “Aku tahu bagaimana membuatmu enak…” bisikku lirih sok tahu. Kulihat Enni hanya diam saja, jadi kutahan pahanya ke sandaran jok belakang, dan kuletakkan telapak tanganku menutupi liang kemaluannya. Enni mengerang-erang saat kugosok-gosok bibir kemaluannya dengan telapak tanganku,
“Ahhh.. hahh… ahhh…” aku juga semakin bernafsu, persis seperti di film, pikirku saat itu. Hanya saja, untuk menjilat aku belum berani, jijik.Jadi kuteruskan saja menggosok-gosok kemaluannya, terkadang cepat, terkadang lambat,
“Ahhh… ahh… khh… hhh…” Enni mengerang-erang, tangannya menjambret kain bajuku yang terbuka, menarik-nariknya. “Aaahh…” kurasakan tanganku sangat basah, pahanya bergerak-gerak membuka dan menutup. Aku pun menghentikan tanganku sejenak, melihat dan menikmati wajahnya yang memerah dan nafasnya yang terengah-engah. Eh… dia malah berkata, “Gantian. Aku ingin lihat punya kamu!” Oh God, hahahaha… sure, dan kubuka celanaku berikut celana dalam yang menempel di pantatku. Enni memperhatikan dengan seksama “burung”-ku yang tegang dan bergerak-gerak di depannya.
“Duduk…” kataku sedikit memerintah. Kugamit jemarinya dan kuletakkan di batang kemaluanku, Enni memegangnya tapi dia diam saja, “Salah… Begini loh!” kutunjukkan cara melakukan masturbasi padanya, dan… damm it! it feels soo good. Kurasakan telapak tangannya menggenggam batang kemaluanku dan menarik-nariknya, enak. Kumasukkan lagi tanganku ke dalam roknya, membuka pahanya dan menggosok bibir kemaluannya, “Ahh… hhh… uhhh… ahhh…” kami mengerang dan mengeluh bersamaan, kucium bibirnya dan merasakan lidahnya bergerak liar. “Ahh… mmm… hhh… ahhh… enak sekali…” kugerak-gerakkan pantatku ke depan memberi respon pada gerakan tangannya dan akhirnya spermaku keluar mengenai sandaran kursi. Kami terdiam sejenak, melihat cairan kental putih yang menempel di kain sandaran kursi di depan kami. “Iyakh…” kudengar ia berkata dan kami sama-sama tertawa. Kukecup bibirnya, mengambil tissue untuk membersihkan tangannya dan kain pembungkus sandaran kursi itu tentunya. Lalu kami pulang.

Hari-hari berikutnya kami semakin sering melakukan hal serupa di tempat-tempat yang sudah kusebutkan di atas, oh jalan tol merupakan tempat idola kami, hehehe. Aku semakin tenggelam dalam kenikmatanku terhadap obat-obatan, aku mulai mengenal heroin, yang sangat nikmat apabila ditorehkan dalam luka-luka sayat di tanganku, dan juga valium, yang menimbulkan bekas bintik-bintik hitam di pangkal lenganku. Ah, akhirnya Enni curiga melihat keaktifanku yang semakin liar di group bandku, dan kondisi tubuhku yang mengurus, pelajaranku yang selalu kuakhiri dengan tidur. Dan itulah yang memacunya untuk meninggalkanku dan beralih ke lelaki lain yang sudah kuliah. Hal itu dilakukannya saat aku berangkat ke New York selama tiga bulan untuk studi banding (kebetulan aku lumayan jago dalam sastra Inggris).Waktu aku mengetahuinya aku sempat mengamuk habis, hampir saja aku ke kampus si cowok untuk menawurnya bersama teman-temanku, namun kubatalkan mengingat betapa konyolnya aku untuk marah hanya gara-gara seorang wanita. Jadi kuputuskan untuk pulang perang dengan membawa oleh-oleh berharga. Kutelepon ke rumahnya, memintanya sudi menemuiku untuk yang terakhir kalinya.

Enni menemuiku malam itu, dan langsung kucium bibirnya sambil membisikkan kata-kata kerinduan dan betapa aku tak sanggup kehilangan dia, dan mungkin karena kenangan berseksual-ria denganku (atau mungkin karena aku cinta pertamanya) membuatnya pasrah saat kupegangi payudaranya dan meremas-remas kemaluannya dari lapisan celana ketatnya. Ah, kebetulan saat itu kedua orangtuanya sedang berangkat menghadiri pernikahan, sedangkan kakaknya saat itu sudah kembali ke Bandung untuk menyelesaikan kuliahnya, jadi aku merasa bebas-bebas saja. Jadi kurangsang dia dengan segenap kemampuanku, kubelai buah dadanya dengan lembut, menciumi wajahnya, lehernya tengkuknya, memasukkan jariku ke dalam celananya, memainkan liang kemaluannya di jariku, membuat nafasnya memburu dan terengah-engah, “Ahhh… ahh… uh… nggg…” aku merasakan nafsuku mulai naik ke ubun-ubun ketika tangannya menyelip di lipatan celanaku dan bergerak-gerak di batang kemaluanku yang menegang hebat.

Aku cukup kaget ketika tiba-tiba ia melepaskanku, menangis, aku bingung. Lalu ia bangkit berdiri, menuju ke ruang tengah rumahnya dan telunjuknya memanggilku mengikutinya. Oh God, hohohoho. Kami bergulingan di tempat tidurnya yang lebar, kuciumi seluruh wajahnya, lehernya, kupingnya, dagunya, dan kuhisap puting “susu”-nya penuh nafsu, kuangkat pakaiannya melewati kepalanya, “Ahh.. uhh… argg…” kurasakan kenikmatan batang kemaluanku menekan-nekan liang kemaluannya dari balik baju kami. Kubuang BH-nya entah kemana. Kubuka bajuku, menempelkannya di payudaranya, merasakan kenikmatan dan kehangatannya. Kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu.
Kuraih celana ketatnya yang pendek dan kutarik, kulepas berikut celana dalamnya, kupegangi dan kuraba kemaluannya yang basah. Pahanya bergerak-gerak menggesek-gesek batang kemaluanku yang masih terbungkus, dan kubuka celanaku cepat-cepat. Kurasakan paha telanjangnya menekan batang kemaluanku. Tangannya meraih batang kemaluanku dan memainkannya dengan gerakan yang membuatku terengah-engah menahan nikmat, “ahhh… ahh… ahh…hh…” akhirnya kuangkat tubuh telanjangku ke atasnya, dan menempelkan batang kemaluanku di liang kemaluannya.

“Ahhh… gila… kenikmatan ini… ahhh…” kudengar ia menyebut-nyebut namaku dengan lirih ketika pinggulku bergerak-gerak dan menggesek bibir-bibir kemaluannya ke atas dan ke bawah, ahh.Kucium bibirnya dengan lebih bernafsu, kujatuhkan seluruh tubuhku menindihnya, merasakan tekanan buah dadanya yang berkeringat di kulitku, kugoyang-goyang pinggulku ke atas dan ke bawah, “Ahhh.. ahh..” ke samping ke depan, “Aahh… ah.. ah…” merasakan setiap kenikmatan gesekanku dan pelukan pahanya di pantatku setiap aku bergerak ke samping, “Ahk.. ahk…” Akhirnya kubenamkan bibirku di bibirnya dan menekan pantatku sekuat tenaga ketika nafsuku tak terkontrol lagi dan menyemburkan spermaku melewati dan membasahi permukaan perutnya, Ahhh.. hah…” nafasku terengah-engah penuh kenikmatan, pelukannya mengencang di punggung dan pinggangku. Pantatnya menekan batang kemaluanku kuat-kuat. “Aahh… nikmatnya…” baru kali ini kurasakan nikmatnya melakukan petting.Aku bangkit berdiri, memakai pakaianku yang berserakan di lantai, dan membantunya berpakaian, lalu melangkah kembali ke ruang tamu. “Ray.. jangan teruskan memakai obat-obatan…” Aku mengangguk. Dan itulah kata terakhir yang kudengar dari bibirnya sesaat sebelum kurelakan dia pergi dari sisiku.
Dengan perjuangan yang keras selama beberapa minggu, aku berhasil menghentikan kecanduanku pada obat-obatan di sebuah pusat rehabilitasi di Lawang. Memang, setelah ia sudah menjadi pacar orang lain, yang notabene direstui orangtuanya. Namun tak jarang kami melakukan pertemuan rahasia dan melakukan petting. Namanya juga cinta pertama.Sampai akhirnya ia mambantuku menembus UMPTN, dan jarak kami terpisah sangat jauh sekarang.

Ahh Enni, selalu mulutku mendesah mengingat kenangan cinta pertamaku. Terakhir aku berjumpa dengannya Januari 2000, kami melakukan petting lagi di sebuah wisma di kota dimana ia kuliah. Sampai sekarang, aku belum menemuinya lagi. Mungkin kalau ketemu… hohohoho… ah, kekasihku, cintaku. Tapi pengalaman-pengalaman seru dengannya membuatku ketagihan setengah mati, dan bayangkan saja jika aku harus menunggu setahun sekali untuk petting, woah… what a waste of time.. huh? Jadi aku mulai meningkatkan kelasku menjadi perayu wanita.Hampir dua kali seminggu aku melakukan petting, bukan bersetubuh tentunya, karena aku masih cari selamat dan aku paling benci yang namanya perek atau pelacur, hanya bawa penyakit.

Oh… aku kehilangan keperjakaanku saat aku melakukan hubungan dengan seorang gadis pecandu sabu-sabu yang kujumpai sedang menangis di pinggir jalan karena ditinggal teman-temannya ke diskotik. Wah… lagi-lagi aku beruntung, ketika ia mengajakku bercinta, aku mengiyakannya karena sekedar kepingin tahu dan ternyata si gadis itu masih PERAWAN! Oh God, mercy on me, saat kulihat noda darah berceceran di kasurku, hohohoho… dalam keadaan “fly” mungkin ia tak sadar mengajakku, orang yang baru ia kenal untuk bercinta hahaha… dan kuantar dia pulang ke sekitar wilayah makam Banteng, masih dalam keadaan bingung. Jahat memang, tapi masih sempat kuhadiahkan sebuah kecupan di keningnya. Sejak itu aku memutuskan untuk tidak berhubungan seksual dulu, karena rasanya toh begitu-begitu saja, benar seperti kata orang, yang enak itu pemanasannya, hahaha, lagipula aku sudah pernah mencicipi perawan, hehehe… dan enak gila, jadi aku berambisi mendapat perawan sebanyak mungkin tanpa harus bertanggungjawab. Bajingan? okeh, terserah

Processing your request, Please wait....
  • 0 - very bad experience 10 - very great experience