1151 Views |  Like

Suganteng

Age when it happend: 25
Where it happened: Kamar
Langauge: Indonesian
Sex: Male
Rating: 5
Category: Straight

Petang itu aku mendadak menerima pesan singkat melalui SMS dari seorang teman. Sebut saja ia Tuti. Ia teman satu kantor denganku, bahkan kami satu ruangan di Bagian Pemasaran. Ia meminta tolong kepadaku untuk menjemputnya jam 7 malam di tempat latihan senam. Tidak biasa ia memintaku untuk menjemput. Entah kenapa. Padahal Tuti sudah punya pacar yang hampir setiap saat menemaninya. Tapi aku gak begitu memikirkanhal itu. Dan karena kami sudah cukup akrab di tempat kerja, maka ku sanggupi permintaannya.

Malam itu jam 7 kurang 5 menit aku sudah menunggu di depan gerbang sanggar senam. Aku hanya memakai jaket dan celana pendek jeans. Sekitar 10 menit kemudian ia keluar bersama beberapa peserta latihan senam. Tuti tersenyum. Tangannya melambai. Sesaat kemudian ia sudah duduk membonceng sepeda motorku. Di perjalanan pulang ke kost Tuti, ia mengatakan terpaksa meminta dijemput olehku karena sedang bertengkar hebat dengan pacarnya. Aku hanya bisa jadi pendengar yang baik saat Tuti menceritakan pertengkaran hebat antara dia dengan pacarnya.

Tidak sampai setengah jam kami pun tiba di depan rumah tempat Tuti kost. Kami pun masuk ke halaman depan rumah kost yang memiliki lebih dari 20 kamar. Sepeda motor aku parkir di depan teras. Kemudian kami masuk ke ruang tamu. Malam itu rupanya hanya ada aku, Tuti, dan sekitar 9 orang teman satu kost Tuti. Semuanya perempuan, kecuali aku. Kata Tuti, sebagian penghuni kost sedang mudik ke tempat asal masing-masing. Sebagian lagi entah ke mana Sementara pemilik kost tidak tinggal di rumah itu dan hanya mempercayakan kepada seorang laki-laki tua yang tinggal di kamar belakang. Penjaga rumah kost itu pun ternyata juga sedang tidak ada di tempat.

Karena suasana relatif sepi, aku hanya duduk sebentar di ruang tamu sebelum kemudian Tuti mengajakku ngobrol di kamarnya. Teman kost Tuti lainnya juga sedang berada di dalam kamar masing-masing. Beragam suara musik dan siaran TV terdengar dari dalam kamar-kamar itu.

Kamar Tuti cukup besar. Mungkin sekitar 3×4 dengan tambahan kamar mandi dalam. Barang-barangnya pun relatif komplit. Spring bed, meja rias, lemari pakaian, TV, Tape & VCD player, bahkan komputer lengkap dengan printer terkini pun ada. Memang tidak mengherankan, meski Tuti hanya seorang karyawan swasta biasa tapi ia berasal dari keluarga berada.

Lagi-lagi Tuti menceritakan hubungannya dengan pacarnya. Dan sekali lagi aku harus jadi pendengar yang baik. Kami duduk lesehan saling bersebelahan. Tiba-tiba ia berdiri dan menutup pintu kamarnya. Lalu membuka laci meja. Diambilnya sebuah kaset VCD lalu dimasukan ke VCD player.

Ooh… rupanya itu kaset VCD porno. Tuti lalu kembali duduk di sebelah kananku. “Jangan tersinggung, ya. Aku cuma pengen ngeliat aja,” kata Tuti.
“Tapi kenapa film porno?” tanyaku.
“Duh…jangan marah. Aku kadang suka ngeliat yang aneh-aneh kalo lagi suntuk. Termasuk film seperti itu,” tukas Tuti tidak mau kalah. Akhirnya aku pun diam saja, tidak mau berdebat dengannya.

Tapi lama-lama Tuti semakin mendekatkan tubuhnya ke aku. Aku agak deg-degan. Ujung jari kirinya menyentuh ujung jariku. Aku mulai berpikir yang aneh-aneh. Tapi aku tetap mencoba untuk tetap bertahan.

Tubuh Tuti kian dekat. “Aku boleh tiduran, gak?” pintanya.
“Ya udah, tidur aja. Aku pulang dulu, ya” jawabku.
“Eh, jangan dulu, dong. Sebentar lagi kenapa ?!” timpalnya sambil memegang tangan kananku. Sejurus kemudian ia meletakan kepalanya di paha kananku.

Adegan-adegan panas di film porno itu terus berlangsung. Sebagai laki-laki normal aku pun sebenarnya juga sudah terangsang sejak menit-menit awal. Tangan kanan Tuti mulai nakal. Dielus-elusnya kulit pahaku. Aku sedikit menahan nafas. Tuti terus meraba-raba pahaku. Naik turun dari atas tempurung hingga bawah selangkangan. Aku hampir tidak tahan.

Tanpa sadar aku memegang pundak Tuti. Lalu mengelus-elus rambutnya yang hitam lurus sebahu. Tuti kian nakal. Tangannya mulai merogoh lubang celanaku. Disentuhnya buah zakar milikku. Penisku yang memang sedari tadi sudah tegang sekarang semakin tegang. Aku pun mulai berani menelusupkan tanganku ke payudara Tuti. Kenyal dan kencang. Payudara Tuti terus ku remas-remas, sementara tangan Tuti juga mempermainkan penisku.

Aku benar-benar gak tahan. Ku balik tubuhnya. Ku cium bibirnya. Tuti membalas pagutanku. Kami saling bercumbu. Sementara tanganku mulai menuju ke lembah surgawi Tuti. Ku sentuh ujung klitoris Tuti. Sudah basah. Ya, vagina Tuti sudah basah sedari tadi.
“Aahhh…..” lenguhnya saat jari-jariku mempermainkan klitorisnya. “Ayo sayang………” bisiknya.

Kubuka bajunya. Kulepas bra yang ia pakai. Tampak sepasang payudara yang putih, bersih, mulus, pasdat, dan kencang. Segera ku serang ke dua payudara yang sangat menggairahkan itu. “Aaachhhhhh…..aah..aaah…aauuch….” lenguh Tuti saat bibir dan lidahku mempermainkan puting payudaranya. Ku jilati seluruh payudaranya. Basah seluruh permukaannya oleh air liurku.

Tuti pun semakin garang. Ia membuka baju dan celanaku. Dipelorotkannya celana dalamku. “Oouh….besar sekali kontolmu, sayang. Panjang lagi. Aku pengen banget….” serunya saat melihat penisku yang sudah tegang. Tuti lalu memegang batang penisku lalu menciumi, menjilati, lalu mengulum kepala penisku. Aku benar-benar sudah gak tahan.
“Aaakhh….Tutiiii….oouuff…..sayangkuu…” desahku saat mulut Tuti melumat habis batang penisku. Tangan kanannya memegang pangkal penisku dan tangan kirinya mempermainkan buah zakarku. Aku yang biasanya hanya berani onani, kini benar-benar merasakan bedanya.

Kepala Tuti naik turun untuk mengimbangi gerakan mengulumnya. Aku benar-benar kelojotan.
“Tut…..jangan lama-lama….ntar aku keluar duluan, sayaaang…… Aaaah…aakh…” desahku sambil mengelus rambut Tuti.

Ia mendengarku, lalu ia merebahkan tubuhnya di ranjang. Ku buka celana dalamnya yang tadi belum sempat ku buka. Terlihat sebuh taman yang sangat indah!
Serumpun rumput hitam yang tumbuh subur tipis menghiasi sebuah pintu surga dunia.
“Sayang….gantian kau jilati memekku, ya” pinta Tuti sembari tersenyum.
Tanpa menjawab aku langsung mencium ujung klitoris Tuti. “Aaakhh…..oouugh….hhmmmm…….” desahnya.
Tak kubiarkan desahan itu berakhir. Ku mainkan klitorisnya dengan lidahnya. Sesekali sedikit kugigit.
“Ooukh…… sayang!” serunya saat klitorisnya sedikit kutarik dengan bibirku.
“Hmmpff….hmppff……aakh…..” lenguhan Tuti semakin merangsangku.

Vaginanya sekarang benar-benar sudah basah. Kujilati setiap sudut vaginanya. Kuhisap setiap lendir yang keluar darinya.
“Aaukh….aakh…. ooooh…….masukan sekarang sayang…….. aku pengen bangeeeet……”.
Namun tetap kubiarkan Tuti terus menggelinjang keenakan. Vaginanya yang indah itu terus kujilati.

Tanganku tidak tinggal diam. Sesekali kupermainkan klitorisnya.
“Aaaukhh….hhmmmpfff… sayang…..aku gak tahaaan………aku mau keluaaar… auukh…….” desahannya semakin menjadi.
“Oooupff…. sayang aku keluaaaaaaaaar……..” seru Tuti sambil mengejang. Cairan Surga keluar dari vaginanya.
Cruut…cruuut…cruuut……
Tuti telah mencapai orgasme yang pertama.

Ia tersenyum kepadaku. Lalu ia menarik tanganku. Wajah kami tepat saling berada. Kembali kami saling mencumbu. Tubuhku ada di atas tubuh Tuti yang putih, mulus, dan bersih itu. Lagi-lagi tangannya mempermainkan penisku. Aku lalu sedikit mengangkat tubuhku. Lalu mulai kusentuhkan kepala penisku ke bibir vaginanya.
“Ayo masukan sayang………. aku pengen penismu masuk….” pintanya sambil menatapku mesra.

Aku berdiri di atas lutut. Kedua kakinya yang mulus ku angkat lalu kuletakan di depan pahaku. Tangannya memegang penisku dan mulai menuntunnya ke arah yang benar. Vagina Tuti masih basah. Perlahan kulesakan kepala penisku. Tuti sedikit menggigit bibir bawahnya. Sesenti demi sesenti kurasakan gesekan kulit penisku dengan dinding bagian dalam vagina Tuti. Matanya terpejam. Tuti menikmati gesekan penisku.
“Kontolmu gede banget sayaaaaaaang……” desahnya sambil termejam, menikmati penisku saat masuk ke dalam vaginanya.
“Memekmu juga hangat, sayang…” jawabku sambil tanganku menggesek-gesek bagian atas vaginanya.

Perlahan-lahan akhirnya seluruh batang penisku telah terbenam ke dalam vagina Tuti.
“Ayo…sayang. Mainkan kontolmu di dalam memekku. Ajak aku ke surgamu”, bisik Tuti mesra.
Kedua tanganku sekarang memegang pinggulnya. Lalu kugoyangkan pinggulku. Penisku keluar masuk di dalam vaginanya. Tuti menggelinjang-gelinjang.
“Aaah… sayang….kontolmu benar-benar enaaaaaaaak…….” desah Tuti.

Aku pun menjadi semakin terangsang. “Ayooooooo…. terus…terus….teruskan sayaaaaaaaang……….”.
Tuti semakin menggelinjang. Keringat kami pun mulai bercucuran. Gerakanku semakin cepat seiring dengan semakin banyaknya cairan pelumas yang keluar dari vagina Tuti.
“Oooh….. ooh….. Oouuff…. sayaaaaaaang…..” seru Tuti. Tubuhnya semakin berkelojotan.
“Aaaakhh…. teruuss…. jangan berhenti…….. aku sayang kamuuuuu…. aaaahhh…….. uuupff….. uupff…. teruuus……. terus sayaaang….. aaah…. oouukhh….”.
Desahan dan lenguhan Tuti semakin menjadi.

Aku pun membalas desahannya, “Memekmu hangat sayaaang……. aaakhh…. aaahhh….. ouuff….oouhh… “.
Memang, vagina Tuti terasa hangat. Bahkan semakin lama vagina Tuti semakin terasa memijat penisku.
“Aaahhh….. Tutiiii…. oouuhh…” desahku setiap kali vagina Tuti memijat batang penisku.

Beberapa saat kemudian, “ayooooo…. sayang…….. aku mau keluaaaaaar….. aahh……”.
Rupanya Tuti sudah hampir orgasme. Ya, orgamse Tuti yang kedua. Gerakan pinggulku semakin cepat. Keringat yang menetes tak kuhiraukan. Aku juga sangat menikmati vagina Tuti.
“Aaakh…. aahh…. ooupff… oouhhh….” desahku sambil memacu gesekan penisku. Tuti benar-benar semakin kelojotan. Pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan ayunan pinggulku.

“Ayo sayaaang…. ayoo…. teruuuus….. aaakhh… aaaah…. oouhh….. ooouhh….. sayaaang…. aku keluaaaaaaaaaar……. ”
Cruut…cruut…..cruuuuut…..
Tuti benar-benar telah mencapai orgasme yang kedua. Penisku yang masih di dalam vaginanya diguyur dengan cairan hangat dari dalam rahimnya.

Tapi aku masih belum orgasme. Aku masih di atas tubuh Tuti sambil terus memacu goyangan penisku. Tuti tahu aku belum mencapai puncak dan vaginanya masih basah. Goyangan pinggulnya juga makin cepat. Kini aku pun hampir mencapai puncak kenikmatan.
“Oouuuh….. Oouupff… Tuti….aku juga mau keluar sayang……..” seruku padanya.
Gerakan kami kian cepat.
“Aaaah….oouuhh…. Tuti sayaaang….. aku cinta padamu……… aah….aaakhhhh….oouh….” lenguhanku semakin menjadi.

Aku benar-benar sudah tidak dapat menahan cairan spermaku untuk keluar. “Ayooo… sayang…keluarkan di dalam” pinta Tuti.
“Aaaah…. aahhh….ouupf…. ntar kamu bisa hamil, sayang” jawabku sambil terus menggoyang penisku.
“Biarin aja, aku juga cinta kamuuu…..aahh….aaah….” jawab Tuti sambil memijat batang penisku dengan vaginanya.

Sesaat kemudian ….
“Oouuh….oouhhh…uupfff…. Tuti aku keluar sekaraaaaaaang………. aaaaakhhhh…….. aaah…. aah…….. oouh…….. hmpff……”
Aku orgasme.
Crot…croot….crooot………crooot……
Ya, aku sudah orgasme. Cairan spermaku keluar di dalam vagina Tuti. Terasa nikmat. Benar-benar kenikmatan surga dunia.

Malam itu aku telah menyetubuhi Tuti, perempuan pertama yang mendapatkan keperjakaan ku. Aku tahu saat itu Tuti sudah tidak perawan lagi. Entah dengan siapa dia sebelumnya telah bercinta. Tapi takdir berkata lain. Benih-benih cinta telah tumbuh di antara kami tanpa kami sadari. Hubungan kami semakin erat. Tidak hanya pacaran biasa, namun juga terkadang bercinta, berhubungan intim, selayaknya sepasang suami istri.

Waktu terus berjalan. Kami telah bertunangan. Beberapa waktu mendatang kami akan melangsungkan pernikahan. Dan malam pertama kami bukan lagi besok, melainkan kemarin….

Processing your request, Please wait....
  • 0 - very bad experience 10 - very great experience