1582 Views |  Like

Edogawa

Age when it happend: 18
Where it happened: In my cousin's house
Langauge: Malaysian
Sex: Male
Rating: 2
Category: Straight

Sepupuku 1

Hallo , nama saya Edo, cerita ini berlangsung sekitar 4 tahun yang lalu.
Nita adalah sepupuku dan rumahnya bersebelahan denganku. Kami berdua
berumur 18 tahun tapi saya 6 bulan lebih tua dan kami sekolah pada kelas
yang sama. Kami berdua merupakan anak tunggal sehingga hubungan kami
menjadi sangat dekat seperti kakak dan adik.

Ada sebuah alasan yang membuat kami berdua sangat dekat, kami sama sama
orang yang pemalu sehingga teman – teman kami sangat sedikit sekali.
Saya akan merasa kaku, bingung dan susah ngomong jika harus berbicara
dengan seorang wanita, akan saya termasuk orang yang sangat pendiam
untuk mempunyai seorang teman pria. Begitu juga dengan Nita. Nita akan
memerah wajahnya jika ada seorang pria yang mengajak dia berbicara. Nita
juga mempunyai kegemaran yang sangat berbeda dengan gadis – gadis seumur
dia sehingga dia juga tidak mempunyai sahabat. Kami berdua suka membaca
dan mendengarkan music. Kesamaan kegemaran kami ini menjadikan kami
dekat.

Untungnya, kami tiadak merasa malu jika harus saling berhadapan dan
berbicara, sehingga kami bisa saling bertukar pikiran dan menceritakan
pengalaman serta tempat untuk bercerita tentang suka dan duka kami. Kami
saling memberikan kepercayaan dengan menceritakan rahasia – rahasia kami
yang bahkan orang tua kami pun tidak tahu.

Sebagai saudara aku ingin Nita juga mempunyai teman kencan, dia
kuperkenalkan dengan teman – teman cowokku, tapi dasar pemalu tak ada
seorang cowokpun yang berhasil mengajak dia keluar bahkan ada yang sudah
menyerah sebelum mengajak karena Nita sangatlah pendiam jika dekat
dengan cowok lain selain aku. Padahal Nita mempunyai wajah yang menarik
dengan tubuh yang cewek berumur 20 tahunpun akan merasa bangga jika
mempunyai bentuk tubuh seperti itu.

Nita pun juga berusaha untuk mencarikan aku teman kencan dan menyarankan
beberapa teman wanitanya. Aku dikenalkan pada mereka tapi aku terlalu
pemalu untuk mengajak mereka keluar untuk sekedar makan atau nonton.
Suatu ketika aku bilang ke Nita “Jikapun aku berani mengajak mereka
kencan, aku tak tahu harus berbuat apa nantinya saat kencan. Saya ngga
bisa dansa dan saya tidak tahu bagaimana saya harus memperlakukan teman
kencan saya itu”.

“Edo, jika hanya untuk dansa saja saya bisa mengajari kamu, saya pernah
belajar dulu”
“Benarkah, kapan kita bisa mulai ?”
“Bagaimana kalau Sabtu” kata Nita. “Orang tua kita akan pergi Semarang
untuk sehari penuh. Dan kita bisa kerumahmu atau dirumahku untuk belajar
dansa dengan suara musik sekeras apapun”
“Siip lah, tapi sebaiknya dirumah kamu saja, ruangan dirumah kamu lebih
longgar” jawabku.
“Ok, aku akan sangat senang mengajari kamu berdansa karena aku sangat
menyukai dansa, hari Sabtu nanti tentunya akan menyenangkan”

Malamnya aku memikirkan kembali rencana hari Sabtu nanti, semakin
kupikir aku merasa semakin senang. Aku belum pernah memeluk gadis seumur
hidupku ini, dan biarpun Nita adalah sepupuku tapi penampilannya
sangatlah menarik, berkulit putih dan mulus. Makin lama pikiranku makin
ngga beres, padahal aku belum pernah memikirkan Nita secara ngeres. Aku
memikirkan bagaimana rasanya jika aku memeluk Nita didalam tanganku.
Kemaluanku mulai tegang dan mengeras dan terasa sakit dalam celanaku.
Kuletakkan tanganku disana dan kupegang serta kuremas, rasanya enak
benar. Celanaku kuturunkan sehigga kemaluanku bisa berdiri dengan bebas.
Ada sedikit cairan dibagian kepalanya. Kuambil cairan itu dengan jariku
dan kuratakan pada semua bagian kepala. Makin lama hal tersebut
kulakukan makin banyak saja cairan yang keluar. Makin lama tanganku
mulai bergerak naik dan turun sambil meremas kemaluanku. Nikmat yang
datang semakin besar dan makin besar, sampai aku merasa bahwa aku harus
melepaskan semuanya. Dan keluarlah spermaku dalam semprotan – semprotan
besar dan jatuh lagi di dada dan perutku. Setelah beberapa waktu aku
pergi kekamar mandi untuk mandi. Selesai mandi aku kemudian tidur.
Walaupun aku belum pernah melihat seorang cewek telanjang, tapi aku
bermimpi tentang Nita yang berbugil ria.

Sabtu pagi, begitu orang tua kami pergi, aku langsung pergi ke rumah
Nita. Dia waktu itu memakai t-shirt dan celana pendek ketat. Rambutnya
diikat kebelakang dengan kuda. Suatu model rambut yang paling kusuka,
model ikat ekor kuda. Meskipun t-shirt yang dia kenakan cukup besar dan
longgar tapi tetap gagal untuk menyembunyikan bahwa dia tidak memakai
BH. Untuk yang pertama kali aku melihat dia sebagai seorang gadis, bukan
lagi sebagai seorang sepupu atau saudara. Aku lihat Nita mempunyai kaki
yang indah dan ketika berjalan pantatnya yang padat bergoyang dengan
indah. Pendek kata aku baru sadar bahwa Nita adalah gadis paling cantik
dari semua gadis yang pernah aku kenal. Jika bukan Nita sendiri yang
bercerita, aku tak akan percaya bahwa gadis seperti Nita akan merasa
malu jika harus berdekatan dengan seorang pria.

“Ok Edo, kamu siap untuk belajar ?”
“Yuup” kataku.
“Ayo kita gunakan ruang dalam saja, disana paling luas dan paling enak”
katanya. “Ok” jawabku.
“Bantu aku memindahkan kursi dan meja ini” pinta Nita sambil dia
memegang sebuah kursi. Aku kemudian mengambil sebuah kursi yang lain
untuk dipindahkan. Waktu memindahkan sofa panjang kami mengangkatnya
berdua. Saat Nita membungkuk aku dapat melihat dengan jelas bagian
dadanya, terlihat 2 gunung kembar yang putih dengan dua putingnya yang
mencuat indah. Aku ingin memandangnya berlama – lama tapi aku segera
memalingkan muka ketika Nita mendongak. Akhirnya ruang keluarga tersebut
menjadi lebih longgar dan leluasa. Kemudian Nita memainkan CD slow rock
di stereonya. Nita menarik tanganku dan membawa aku ketengah ruangan.

“Ok, ini saatnya untuk belajar dansa yang cepat” katanya

Ternyata dansa itu tidak sesukar yang aku pikirkan, sekitar 30 menit aku
belajar aku makin pandai saja. Aku makin menikmati dnsa ini apalagi aku
dansa bersama dengan Nita. Dia seorang guru dansa yang baik dan hebat.
Setiap gerakan dansa membuat semua bagian tubuhnya bergerak – gerak,
bagian terbaik adalah pantat dan dadanya. Tanpa BH, dadanya bergerak
dengan bebas dan aku harus lebih konsentrasi agar mataku tidak hanya
melihat dadanya saja. Pantatnya bergerak dengan teratur, naik dan turun
dengan indahnya. Nita sangat menikmati dansanya dan aku sangat menikmati
Nita yang sedang menikmati dansanya. Aku pernah terangsang tapi aku
belum pernah terangsang hingga seperti ini.

“Bagus, kamu belajar dengan cepat” katanya
“Ha ha, itu karena aku punya guru yang hebat” jawabku.
“Eh, kita istirahat dulu saja. Aku akan ambil minum untuk kita berdua”
katanya

Sepeninggalnya aku baru sadar bahwa penisku sudah sangat tegang dan
terasa sakit dalam celanaku. Rasa ini membuat aku tidak nyaman saja.
Tidak melihatnya dalam beberapa menit mungkin akan mengurangi ketegangan
penisku ini. Aku berdiri dan berjalan berkeliling untuk mengurangi
nafsuku ini. Dan ternyata cara ini cukup berhasil, ketika Nita datang
dengan segelas minuman dingin, penisku sudah setengah tegang.

Kami duduk berdampingan di sofa sambil menikmati minuman kami berdua.
Begitu habis kuletakkan gelasnya di meja begitu juga dengan Nita.
Setengah berbisik Nita berkata “Edo, dulu kamu pernah bilang kamu belum
pernah mencium seorang gadispun, benarkah itu ?”
“Yeah, apakah ada cowok yang pernah mencium kamu ?” tanyaku pula
Sambil berkata dia menjawab “Bodoh kamu, tentu saja belum, aku kan sama
saja dengan kamu”
Kemudian suaranya terdengar lebih lembut dan serius “Edo, bisakah kita
untuk .. eh .. ” “Saling mengajari” potongku
“Ya” jawabnya, dan mukanya sedikit memerah. “Mungkin jika kita bisa
saling mengajari kita tak perlu merasa minder lagi” lanjutnya.
“Aku akan sangat menyukai hal tersebut” kataku.

Kupalingkan wajahku menghadapnya. Kuletakkan tanganku dibahunya dan
menriknya mendekatiku. Kami merasa sedikit kaku pada awalnya, tapi
kemudian dengan lembut kuletakkan bibirku di bibirnya dan menciumnya
dengan lembut. Dia menarik kepalanya dengan cepat dan memandang mataku.
Kemudian dia maju lagi dan mulai menciumku dan melingkarkan tangannya di
leherku dan memelukku dengan erat. Jantungku berdetak dengan kencang.
Kudorong kepalanya untuk bersandar di sofa dan menekan bibirku ke
bibirnya. Aku dapat merasakan nafasnya mulai berat begitu pula dengan
nafasku. Kami berciuman beberapa waktu sampai akhirnya kami lepaskan.
Penisku kembali dalam keadaan tegang dan keras lagi. Dan di celanaku
terlihat tonjolan yang menunjukkan bahwa penisku tegas berat, kuharap
Nita tidak melihatnya waktu itu.

“Oh Edo, jadi berciuman itu seperti tadi ya ? Pantas saja orang – orang
suka sekali berciuman. Bagaimana perasaanmu ?” katanya.
“Sama. Hanya saja nafas dan jantungku berdetak makin cepat” jawabku.
“Iya, punyaku juga” timpalnya. “Ok, setelah pelajaran disko dan ciuman,
sekarang saatnya belajar slow dance” katanya.
“Apakah lebih sulit ?” tanyaku
“Ada bagian yang lebih sulit, tapi dibagian lain ada yang lebih mudah”
jawabnya. “Langkahmu harus tertata dengan benar dengan pasanganmu
sehingga nanti kamu tidak menginjak kaki pasanganmu” lanjutnya.

Nita memasang CD slow musik di stereonya dan menunjukkan padaku
bagaimana aku harus meletakkan tanganku pada pasanganku. Kurasa aku
murid yang pandai, sekitar 10 – 15 menit kami sudah bisa berdansa dengan
langkah yang tepat dan benar. Makin lama jarak antara kami makin kami
persempit. Kemudian Nita meletakkan kepalanya di bahuku. Kami sekarang
berpelukan erat, tidak ada lagi jarak antara kami. Payudaranya tertekan
dengan keras di dadaku, sehingga ak dapat merasakan putingnya seakan dia
tidak menggunkan kaos lagi. Nafasku mulai berat lagi seperti tadi waktu
kami berciuman. Jantungku berdetak dengan kencang begitu pula dengan
jantungnya karena aku dapat merasakannya.

“Edo, kamu pintar sekali” katanya sambil memelukku dengan lebih erat.
Bagian vagina menekan penisku dengan keras, aku takut dia akan dapat
merasakan penisku yang sedang tegang itu.

Aku kemudian menciumnya dengan lembut. Kemudian kuraskan bibirnya agak
dibuka, kubuka juga bibirku. Kemudian kujulurkan lidahku keluar dan
kujilat bibirnya dengan lidahku. Dia semakin lebar membuka bibirnya dan
menjulurkan lidahnya sehingga bertemu dengan lidahku. Rasanya benar –
benar nikmat sekali. Kumasukkan lidahku kedalam mulutnya, dan lidah kami
bergelut didalam mulutnya. Kuletakkan tanganku dipantatnya, meremasnya
dan menariknya semakin dekat denganku. Nita mengerang lembut, aku yakin
Nita pasti dapat merasakan penisku yang sudah tegang itu.

Nita kemudian menarik wajahnya dan memandang wajahku. Dan dengan suara
yang lucu dia bertanya “Edo, apakah itu yang disebut dengan ereksi”
Sambil malu aku menjawab “Iya”
Nita kemudian meletakkan kepalanya dibahuku, aku berkata “Nita kamu
cantik sekali”
Jawabnya “Kamu selalu mengatakan hal yang indah untukku, Edo. Aku sangat
menghargainya”
Kami kemudian berciuman lagi, lidahnya dijulurkan keluar dan menerobos
bibirku. Dia jilat semua bagian mulutku. Dia mulai menggoyang pantatnya
sambil menggesekkan bagian vaginanya di penisku. Rasanya sungguh luar
biasa. Aku sampai merasa aku akan keluar saat itu juga.

Nita melepaskan ciumannya, dan berbisik ditelingaku, “Edo, karena kita
sudah belajar sekian banyak, apakah kita perlu belajar lebih lanjut
tantang hal lainnya ?”
“Umm..ya” bisikku dan memeluknya makin erat saja.
Aku letakkan tanganku di pantatnya dan mulai meremas dan megelusnya. Aku
selipkan jariku kedalam celana pendeknya, sehingga aku dapat merasakan
celana dalamnya yang lembut. Kumasukkan tanganku kedalam celana dalamnya
dan turun lagi ke pantatnya. Sekarang aku dapat merasakan pantatnya
dengan langsung tanpa ada celana yang menghalangi. Kulitnya terasa
sangat lembut dan halus. Pantatnya bebar – benar terasa kencang
ditanganku. Aku dapat merasakan belahan pantatnya, kubelai turun sambil
meremas pantanya sampai pada bawah pantatnya. Aku kaget juga ketika tahu
ada bagian yang terasa basah dan licin. Kemudian kutemukan juga bagian
celana dalamnya yang sudah basah di satu tempat.
Nita mengerang dan merangkul leherku dengan erat. Kepalanya bergoyang ke
kiri dan kanan. Bibirnya menyenuh bibirku dan kami berciuman lagi.
Kubuka mulutku dan lidah kami saling bergelut lagi.

Aku angkat dia dan kurebahkan dia di sofa. Aku berlutut di lantai
disampingnya dan kemudian melanjutkan ciuman kami. Satu tangannya
merangkul leherku dan yang satu turun ke punggungku dan turun terus
sampai pantatku dan berhenti disana. Dia mulai meremas pantatku seperti
aku pernah meremas punyanya tadi.

Perlahan kuangkat t-shirt yang dia kenakan sehingga perutnya tertampang
dengan jelas didepanku. Kuletakan tanganku diatas perutnya dan aku mulai
membelai perutnya, kumasukkan tanganku kebawah kaosnya dan mulai
membelai naik terus sampai aku dapat merasakan tanganku bertemu dengan
payudaranya. Dia menggelinjang dengan keras ketika aku mulai meremas
payudaranya dan memilin putingnya. Kemudian kunaikkan lagi kaosnya
sampai lehernya sehingga aku dapat dengan jelas melihat dadanya yang
bulat padat dan putih. Kupilin putingnya pelan dengan gerakkan
melingkar. Nita mengerang ketika payudaranya kuremas. Remasan dan
pilinanku berpindah dari yang stu ke yang satunya lagi bergantian.

Aku cium sebentar bibirnya kemudian ciumanku turun kelehernya, kucium
lembut lehernya dan kuhisap sedikit disana. Putingnya sudah tegang dan
keras, berdiri seperti pensil, daerah sekitar putingnya juga memerah.

Kuturunkan wajahku dan kudekatkan ke payudaranya yang sebelah kanan.
Kujulurkan lidahku dan aku mulai menjilati putingnya yang sebelah
kanan.Nita sedikit mengangkat punggungnya dan mengerang “Ohh..Eddooo”
Aku pindahkan jilatanku ke puting yang satunya dan mulai kujikat dan
kulum putingnya yang sebelah kiri. Kuremas payudaranya yang kanan
sementara yang kiri kujilat, cium dan hisap putingnya. Nita mengerang
lagi.

Nita kemudian menurunkan sebuah kakinya sedangkan kakinya yang satu
tetap diatas sofa. Hal ini membuat kakinya terbuka dengan lebar pada
bagian vaginanya. Kuletakkan tanganku di lututnya dan mulai merambat
naik ke pahanya. Pantatnya sering terangkat naik jika aku meremas paha
dan membelai paha bagian dalam.

Tanganku kumasukkan ke dalam celananya dan dapat kurasakan celana
dalamnya lagi. Bagian depan dari celana dalamnya sudah sangat basah dan
terasa licin dan panas ketika kupegang. Kutekan tanganku dan dapat
kurasakan bibir vaginanya dari luar celana dalamnya.

Kumasukkan tanganku kedalam celana dalamnya dan masuk terus sampai ke
vaginanya yang basah dan licin. Kutekan jariku masuk dan masuk, smapai
kurasakan ada tonjolan kecil dan kugosk dengan jariku. Nita bergerak
dengan liar ketika kulakukan ini. Kumasukkan lagi jariku lebih dalam dan
dapat kurasakan jariku terasa hangat dalam vaginanya. Kumainkan jariku
masuk dan keluar, Nita mengerang tak karuan ketika kulakuan ini.

Kutarik keluar jariku, kubawa jariku kembali ke clitoris yang tadi sudah
kutemukan, kepegang dengan jariku dan kubelai pelan takut kalau Nita
akan merasa sakit.

“Ohh Edoo…Bagian itu…Terus ..jangan berhenti…ohh ehhh…”
Nita mulai bergoyang naik dan turun melawan arah tanganku. Erangannya
menggema di ruang keluarga ini.
“Ohh, Edo..Oh, Edo..Oh, Edo” dia mengulangi dan mengulangnya terus.

Akhirnya dia mengangkat seluruh punggungnya dari sofa, seluruh tubuhnya
bergetar dan dia berteriak “OOhhhhh…..Eddooo,ohhhh eh….”

Setelah itu kuhentikan semua kegiatanku.
Setelah relax Nita mulai membuka matanya, melihat wajahku dan berkata
“Edo, aku belum pernah merasakan hal seperti ini. Rasanya benar – benar
nikmat. Trims, ya”


Processing your request, Please wait....
  • 0 - very bad experience 10 - very great experience